fbpx
10 Penyebab Kanker Usus Besar/Kolorektal Paling Sering Terjadi

10 Penyebab Kanker Usus Besar/Kolorektal Paling Sering Terjadi

Penyebab Kanker Usus Besar atau Kolorektal Paling Sering Terjadi
Medical Imaging

Penyebab kanker usus besar atau kolorektal bisa bermacam-macam, mulai dari riwayat keluarga hingga pola makan yang tidak dijaga.

Selain itu, gejalanya juga seringkali serupa dengan penyakit pencernaan lainnya, sehingga banyak disepelekan oleh para penderitanya hingga akhirnya semakin parah.

Agar bisa menanggulangi dengan tepat, artikel ini akan bagikan apa saja penyebab kanker usus besar atau kanker kolorektal yang perlu Anda pahami agar siaga serta terhindar dari bahaya kanker satu ini.

Penyebab Kanker Usus Besar atau Kolorektal

Inilah beberapa penyebab kanker usus besar atau kanker kolorektal yang umum terjadi:

1. Pola Makan Tidak Seimbang

Pola makan sangat berperan dalam faktor risiko kanker usus.

Banyak konsumsi daging merah, ataupun makanan olahan ultra-processed seperti sosis dan bacon mengandung senyawa karsinogen (HCA, PAH, N‑nitroso) yang terbentuk saat dimasak suhu tinggi, dan dapat merusak DNA sel usus.

Konsumsi harian sebesar 50 g daging olahan bisa meningkatkan risiko hingga 18 %.

Sebaliknya, diet rendah serat memperlambat transit usus—memperpanjang paparan racun dan meningkatkan kemungkinan perkembangan kanker kolorektal.

Setiap tambahan 10 g serat per hari dapat mengurangi risiko sekitar 10 %.

Oleh karenanya, pola makan sehat usus dengan makanan kaya serat sangat penting sebagai pencegahan kanker usus.

2. Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol

Dua kebiasaan ini juga memiliki peran besar dalam meningkatkan faktor risiko kanker usus.

Kandungan zat karsinogenik seperti nitrosamin dalam rokok dapat merusak DNA sel usus.

Perokok aktif memiliki risiko 20-30% lebih tinggi terkena kanker usus besar dibandingkan mereka yang tidak merokok.

Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan, khususnya lebih dari tiga gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker usus hingga 40%.

Etanol dalam alkohol diubah menjadi asetaldehida, zat karsinogenik kelas 1, yang sangat berbahaya bagi sel tubuh.

Ini membuktikan bahwa alkohol dan risiko kanker usus memiliki hubungan yang kuat.

3. Adanya Polip Adenoma

Salah satu penyebab kanker usus yang paling umum adalah adanya polip usus, khususnya jenis polip adenoma.

Sekitar 95% kasus kanker kolorektal berkembang dari polip adenoma yang awalnya jinak namun berpotensi menjadi ganas seiring waktu.

Ukuran polip yang lebih dari 1 cm atau adanya lebih dari tiga polip meningkatkan risiko keganasan secara signifikan.

Oleh karena itu, deteksi dini kanker kolorektal melalui kolonoskopi untuk menghilangkan polip sangat krusial.

4. Penyakit Radang Usus Kronis

Kondisi peradangan kronis pada usus, seperti Inflammatory Bowel Disease (IBD), juga merupakan faktor risiko kanker usus yang serius.

Penderita kolitis ulseratif memiliki risiko kanker usus yang meningkat 15-30% setelah 30 tahun menderita penyakit ini.

Sementara itu, penderita penyakit Crohn memiliki risiko kanker 4-7 kali lebih tinggi.

Ini menunjukkan bahwa peradangan usus dan kanker memiliki korelasi yang erat, di mana peradangan jangka panjang dapat memicu perubahan sel menjadi kanker.

5. Diabetes & Obesitas

Hubungan antara obesitas dan kanker usus tidak bisa diabaikan.

Obesitas (dengan Indeks Massa Tubuh atau BMI di atas 30) meningkatkan risiko kanker usus sebesar 1,5 hingga 2 kali.

Resistensi insulin yang sering terjadi pada penderita diabetes dan obesitas meningkatkan kadar Insulin-like Growth Factor (IGF-1), yang dapat memicu pertumbuhan dan proliferasi sel kanker.

6. Sindrom Keturunan

Genetika memang memainkan peran penting dalam penyebab kanker usus.

Beberapa sindrom keturunan secara signifikan meningkatkan risiko kanker kolorektal, seperti:

  • Sindrom Lynch (HNPCC): Mutasi pada gen perbaikan DNA (seperti MSH2, MLH1) dapat meningkatkan risiko kanker hingga 80% sebelum usia 50 tahun.
  • FAP (Familial Adenomatous Polyposis): Mutasi gen APC menyebabkan ratusan polip terbentuk di usus, dengan risiko hampir 100% menjadi kanker jika tidak segera diintervensi.
  • Sindrom Peutz-Jeghers & Gardner: Kedua sindrom ini juga berkaitan dengan pembentukan polip hamartomatosis dan tumor non-kanker yang memiliki potensi ganas.

7. Riwayat Keluarga

Selain sindrom keturunan spesifik, riwayat keluarga juga menjadi faktor risiko kanker usus besar.

Risiko Anda meningkat 2-4 kali jika ada anggota keluarga tingkat pertama (orang tua atau saudara kandung) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal, terutama jika diagnosis tersebut terjadi sebelum usia 50 tahun.

8. Riwayat Kanker Sebelumnya

Jika Anda memiliki riwayat kanker kolorektal sebelumnya, atau jenis kanker lain seperti kanker payudara atau ovarium, risiko Anda untuk mengalami kekambuhan atau kanker baru di usus akan lebih tinggi.

Ini adalah salah satu penyebab kanker usus yang terkait dengan riwayat medis personal, apalagi saat kanker sudah berkembang ke bagian usus.

9. Jarang Beraktivitas

Jarangnya beraktivitas fisik juga dapat meningkatkan faktor risiko kanker usus.

Kurangnya aktivitas fisik mengurangi motilitas usus, memperlambat proses pencernaan, dan juga memperparah kondisi obesitas, yang semuanya dapat berkontribusi pada perkembangan kanker usus besar.

Olahraga teratur justru dapat menurunkan risiko hingga 20-30%. Ini menekankan pentingnya gaya hidup aktif untuk kesehatan usus.

10. Faktor Usia

Usia adalah salah satu penyebab kanker usus yang tidak bisa dihindari.

Sekitar 90% kasus kanker usus terjadi pada individu di atas usia 45 tahun.

Namun, yang mengkhawatirkan adalah tren peningkatan kasus pada usia muda (di bawah 50 tahun) yang meningkat dua kali lipat sejak tahun 1995.

Hal ini diduga kuat oleh perubahan pola makan dan paparan toksin sejak masa kanak-kanak.

Selain itu, pria juga memiliki risiko 30% lebih tinggi daripada wanita, yang mungkin berkaitan dengan perbedaan hormonal dan gaya hidup.

Pentingnya Deteksi Kanker Usus Besar/Kolorektal untuk Pencegahan Kanker Menyebar Lebih Luas

Apabila Anda merasakan gejala kanker usus seperti perubahan kebiasaan buang air besar, pendarahan rektum, atau nyeri perut persisten, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis kanker usus yang tepat.

Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang keberhasilan pengobatan kanker usus.

Anda bisa lakukan pemeriksaan kolonoskopi, untuk mendeteksi dan mengangkat polip usus sebelum berubah menjadi kanker.

Setelah dinyatakan positif, pengobatan kanker usus meliputi operasi reseksi tumor, kemoterapi, dan terapi radiasi dengan penanganan dari dokter spesialis kanker/onkologi juga diperlukan.

Penanganan tepat waktu meningkatkan tingkat kesembuhan.

Ingin Lakukan Kolonoskopi dan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Kanker Terpercaya? Kami Bisa Bantu Anda!

Health365.id­­—yang merupakan bagian dari 365Asia—banyak bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan medical center ternama di Malaysia hingga Singapura.

Kami bisa bantu hubungkan Anda dengan para dokter spesialisnya, jadwalkan appointment-nya, sampai bantu akomodasi Anda selama di sana.

Cek paket kolonoskopi dari mitra terbaik kami di sini.

Cek daftar dokter spesialis kanker terbaiknya di sini.

Tertarik untuk coba? Atau ingin konsultasi terlebih dahulu? Bisa langsung hubungi tim 365Care dari 365Asia dengan klik tombol di bawah ini!

Referensi:

Lawler T, Walts ZL, Steinwandel M, et al. Type 2 Diabetes and Colorectal Cancer Risk. JAMA Netw Open. 2023;6(11):e2343333. doi:10.1001/jamanetworkopen.2023.43333

Mehta SJ, Morris AM, Kupfer SS. Colorectal Cancer Screening Starting at Age 45 Years—Ensuring Benefits Are Realized by All. JAMA Netw Open. 2021;4(5):e2112593. doi:10.1001/jamanetworkopen.2021.12593

Ongko, F., Kurniawan Santosa, E., Then, E., Anthonny Setiawan, L., & Ongriana, V. (2023). Ulcerative colitis and its correlation with the incidence of colorectal cancer. Science Midwifery, 11(1), 165-173. https://doi.org/10.35335/midwifery.v11i1.1207

Papier, K., Bradbury, K.E., Balkwill, A. et al. (2025). Diet-wide analyses for risk of colorectal cancer: prospective study of 12,251 incident cases among 542,778 women in the UK. Nat Commun 16, 375. https://doi.org/10.1038/s41467-024-55219-5

Sato, Y., Tsujinaka, S., Miura, T., Kitamura, Y., Suzuki, H., & Shibata, C. (2023). Inflammatory Bowel Disease and Colorectal Cancer: Epidemiology, Etiology, Surveillance, and Management. Cancers, 15(16), 4154. https://doi.org/10.3390/cancers15164154

Sekido, Y., Ogino, T., Takeda, M., Hata, T., Hamabe, A., Miyoshi, N., Uemura, M., Mizushima, T., Doki, Y., & Eguchi, H. (2025). Surgery for Colorectal Cancer Associated with Crohn’s Disease—Toward a Medical Treatment Strategy Based on the Differences Between Japan and Western Countries. Cancers, 17(5), 860. https://doi.org/10.3390/cancers17050860

Shaukat A, Goffredo P, Wolf JM, Rudser K, Church TR. Advanced Adenoma and Long-Term Risk of Colorectal Cancer, Cancer-Related Mortality, and Mortality. JAMA Netw Open. 2025;8(2):e2459703. doi:10.1001/jamanetworkopen.2024.59703

Syakir, S. A., & Arif Zuhan. (2024). Colorectal Cancer: The Impact of Smoking and Alcohol on Risk in West Nusa Tenggara, Treatment, and Prevention. Jurnal Biologi Tropis, 24(1b), 488–497. https://doi.org/10.29303/jbt.v24i1b.8074

Valle, L., Vilar, E., Tavtigian, S. V., & Stoffel, E. M. (2019). Genetic predisposition to colorectal cancer: Syndromes, genes, classification of genetic variants and implications for precision medicine. The Journal of Pathology, 247(5), 574–588. https://doi.org/10.1002/path.5229

Dr Ananda Vella

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.