fbpx
Apakah Kanker Serviks Bisa Hamil? Ini Faktanya!

Apakah Kanker Serviks Bisa Hamil? Ini Faktanya!

Apakah Kanker Serviks Bisa Hamil

Mendengar diagnosis kanker serviks sering kali menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi wanita yang masih memiliki impian untuk memiliki keturunan. Pertanyaan apakah kanker serviks bisa hamil menjadi salah satu yang paling sering muncul di benak para penderita.

Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak,” melainkan sangat bergantung pada beberapa faktor krusial. Mari kita bahas lebih dalam.

Kembali ke Saluran Utama: Kesehatan Wanita

Jadwalkan Skrining dan Pengobatan Kanker Serviks di Singapura Sekarang

Temukan Paket Skrining Kanker dan Program Kehamilan Terbaik di Singapura

Apakah Penderita Kanker Serviks Bisa Hamil?

Secara umum, kemungkinan untuk hamil bagi penderita kanker serviks memang ada, tetapi sangat tergantung pada stadium kanker dan jenis pengobatan yang akan atau sudah Anda jalani.

Pada stadium awal, di mana sel kanker belum menyebar luas, sebagian pasien mungkin bisa menjalani terapi yang dirancang untuk melestarikan kesuburan.

Prosedur seperti cone biopsy atau trakelektomi radikal (pengangkatan seluruh leher rahim) memungkinkan rahim dan indung telur tetap utuh. Dengan demikian, peluang hamil penderita kanker serviks masih terbuka.

Namun, situasinya akan berbeda jika Anda harus menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) atau kemoradioterapi panggul yang agresif.

Dalam kondisi ini, rahim tidak lagi dapat menampung kehamilan.

Baca Juga: Apakah HPV Bisa Menyebabkan Mandul atau Susah Hamil?

Risiko Kehamilan pada Kanker Serviks

Meskipun peluang hamil penderita kanker serviks ada, penting bagi Anda untuk memahami berbagai risiko hamil saat menderita kanker serviks.

Kehamilan membawa perubahan signifikan pada hormon dan sistem kekebalan tubuh Anda, yang berpotensi memicu pertumbuhan sel kanker yang mungkin tersisa setelah pengobatan.

Selain itu, dampak kanker serviks pada kehamilan juga perlu dipertimbangkan.

Jika Anda pernah menjalani operasi pada serviks, terutama trakelektomi, ada peningkatan risiko inkompetensi serviks.

Kondisi ini dapat menyebabkan serviks menjadi lemah dan tidak mampu menahan kehamilan, yang berujung pada keguguran di trimester kedua atau persalinan prematur ekstrem.

Risiko persalinan prematur secara umum juga meningkat, karena rahim mungkin lebih rentan untuk berkontraksi sebelum waktunya. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ketuban pecah dini (PROM) dan infeksi intra-amniotik.

Kehamilan juga dapat memberikan tekanan tambahan pada tubuh Anda yang mungkin masih dalam masa pemulihan dari pengobatan kanker.

Bagi bayi yang lahir setelah prosedur konservatif, risiko terbesar adalah prematuritas, yang dapat membawa berbagai konsekuensi kesehatan jangka pendek dan panjang.

Temukan Paket Program Kehamilan yang Tepat untuk Anda

Tips Penderita Kanker Serviks Agar Bisa Hamil dengan Aman

Jika Anda adalah penderita kanker serviks dan memiliki keinginan untuk hamil, ada beberapa langkah penting yang perlu Anda perhatikan demi keamanan Anda dan calon buah hati:

1. Diskusikan Keinginan Mempertahankan Kesuburan Sejak Awal

Ini adalah langkah terpenting! Jika Anda memiliki rencana untuk memiliki anak di masa depan, sampaikan hal ini kepada dokter Anda sebelum pengobatan kanker dimulai.

Diskusikan secara mendalam apakah prosedur konservatif seperti konisasi atau trakelektomi merupakan pilihan yang aman dan sesuai dengan stadium kanker Anda.

2. Pertimbangkan Pembekuan Sel Telur (Oocyte Cryopreservation)

Jika terapi yang Anda butuhkan berisiko tinggi menghilangkan kesuburan, tanyakan kepada dokter Anda mengenai opsi pembekuan sel telur.

Prosedur ini melibatkan pengambilan dan pembekuan sel telur Anda sebelum memulai pengobatan, sehingga Anda memiliki opsi untuk mencoba promil di kemudian hari dengan bantuan teknologi reproduksi. Proses ini biasanya membutuhkan stimulasi ovarium.

Nah, berikut ini beberapa paket pembekuan sel telur di Singapura, Malaysia, hingga Taiwan yang bisa Anda coba pertimbangkan:

Loading...
Powered by 365Mall

3. Tunggu Waktu yang Aman Setelah Pengobatan

Sebagian besar penelitian menyarankan untuk menunda kehamilan setidaknya 1 hingga 2 tahun setelah menyelesaikan terapi kanker.

Periode ini dianggap sebagai waktu dengan risiko kekambuhan tertinggi, dan kontrol onkologis berkala sangat penting untuk memantau kondisi Anda.

Diskusikan dengan dokter Anda mengenai waktu tunggu yang paling aman berdasarkan stadium dan jenis terapi yang Anda jalani.

4. Lakukan Evaluasi Kesuburan Lebih Dini

Terutama jika Anda pernah menjalani operasi pada leher rahim (yang dapat meningkatkan risiko stenosis serviks atau penyempitan saluran serviks) atau kemoradioterapi, penting untuk melakukan evaluasi kesuburan lebih awal.

Jangan ragu untuk meminta rujukan ke spesialis kandungan dan fertilitas jika Anda mengalami kesulitan hamil secara alami setelah waktu yang dianggap aman.

Hubungi Kami untuk Konsultasikan Pengobatan Kanker dan Program Kehamilan Terpercaya di Singapura hingga Malaysia!

Untuk Anda yang bingung saat dihadapkan polemik diagnosis kanker serviks dan keinginan untuk dapatkan momongan, Singapura dan Malaysia, dengan keunggulan teknologi medisnya, bisa jadi opsi menarik untuk Anda dapatkan penanganan hingga second opinion dari praktisi terbaiknya.

Soal hal ini, 365Sehat bisa bantu Anda hubungkan dengan rumah sakit terkemuka di Singapura, Kuala Lumpur, hingga Johor Bahru, dan bantu dijadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis onkologi dan spesialis kandungan yang tepat.

Untuk info lebih lanjut terkait cara jadwalkan konsultasinya, bisa langsung hubungi kami dengan klik tombol di bawah ini.

Info Terkait

Artikel Terkait

Kembali ke Saluran Utama: Kesehatan Wanita

Cari Dokter

Referensi:

Koh, W.-J., et al. (2019). Cervical Cancer, Version 3.2019, NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology. Journal of the National Comprehensive Cancer Network, 17(1). https://doi.org/10.6004/jnccn.2019.0001

Le Guévelou, J., Selleret, L., Laas, E., Lecuru, F., & Kissel, M. (2024). Cervical Cancer Associated with Pregnancy: Current Challenges and Future Strategies. Cancers, 16(7), 1341. https://doi.org/10.3390/cancers16071341

Maxwell, C., Adam, S., Bergman, L., Nanda, S., Tiempo Guinto, V., Popovits-Hadari, N., Al-Bakri, M., Nwokoro, I., McAuliffe, F., Peters, I., Nelson-Piercy, C., Amant, F., Nana, M., Smith, G., Berek, J., McNally, O., Nguyen-Hoang, L., Medina-Palmezano, V. P., O’Reilly, S., Ruiloba, F., … Poon, L. C. (2025). Pregnancy after cancer: FIGO Best practice advice. International journal of gynaecology and obstetrics: the official organ of the International Federation of Gynaecology and Obstetrics, 169(3), 1119–1126. https://doi.org/10.1002/ijgo.70139

National Cancer Institute. (2025, Maret 21). PDQ® Cervical Cancer Treatment During Pregnancy (Health Professional Version). National Cancer Institute. Diakses 13 Agustus 2025, dari https://www.cancer.gov/types/cervical/hp/treatment-during-pregnancy-pdq

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi health365.asia/365mall.