fbpx
Apa Hubungan Kolesterol dengan Penyakit Jantung Koroner?

Apa Hubungan Kolesterol dengan Penyakit Jantung Koroner?

Apa Hubungan Kolesterol dengan Penyakit Jantung Koroner
Eye Health

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa kolesterol selalu disebut-sebut sebagai musuh utama jantung? Banyak dari kita memahami bahwa ada keterkaitan, namun seringkali detail hubungan kolesterol dengan penyakit jantung koroner masih menjadi misteri. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa kolesterol, terutama jenis tertentu, menjadi faktor risiko serius bagi kesehatan jantung Anda, sekaligus meluruskan beberapa mitos yang sering beredar.

Kembali ke Saluran Utama: Skrining Kesehatan

Jadwalkan Skrining Jantung dan Skrining Kesehatan di Singapura atau Malaysia

Temukan Paket Skrining Jantung dan Skrining Kesehatan Terbaik Lainnya

Memahami Hubungan Kolesterol dengan Penyakit Jantung Koroner

Kolesterol sebenarnya adalah zat lemak yang penting bagi tubuh Anda. Ia dibutuhkan untuk membangun sel-sel sehat, memproduksi hormon, dan mencerna makanan.

Namun, masalah muncul ketika kadarnya tidak seimbang, terutama kadar kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) atau yang sering disebut kolesterol “jahat” terlalu tinggi.

Ketika kolesterol LDL berlebihan dalam darah, ia cenderung mengendap pada dinding-dinding arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang menyuplai darah kaya oksigen ke otot jantung.

Endapan ini memicu respons peradangan di dalam tubuh, yang lama-kelamaan akan membentuk plak lemak yang disebut ateroma. Plak inilah yang secara bertahap menyempitkan pembuluh darah, sebuah kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis.

Seiring waktu, plak yang terbentuk bisa menjadi rapuh. Jika plak ini pecah, tubuh akan merespons dengan membentuk bekuan darah di lokasi pecahnya plak.

Bekuan darah inilah yang dapat secara tiba-tiba menghambat total aliran darah ke otot jantung, memicu serangan jantung atau infark miokard.

Selain kolesterol LDL, kadar trigliserida yang tinggi (lebih dari 150 mg/dl) yang dikombinasikan dengan kolesterol HDL (High-Density Lipoprotein) atau kolesterol “baik” yang rendah (kurang dari 40 mg/dl pada pria, dan kurang dari 50 mg/dl pada wanita) juga secara signifikan meningkatkan risiko PJK.

Kolesterol HDL memiliki peran vital dalam membersihkan kolesterol berlebih dari arteri dan membawanya kembali ke hati untuk dibuang. Jadi, ketika kadar HDL rendah, proses pembersihan ini terganggu, mempercepat penumpukan plak.

Tidak hanya itu, kolesterol tinggi juga memperberat dampak faktor risiko lain. Misalnya, pada penderita hipertensi, tekanan darah tinggi merusak lapisan pembuluh darah, mempermudah infiltrasi LDL.

Pada individu dengan riwayat diabetes, gula darah tinggi mengoksidasi LDL, mempercepat pembentukan plak.

Begitu pula hubungan obesitas dengan penyakit jantung koroner sangat erat, di mana lemak visceral (lemak di sekitar organ dalam) memicu produksi sitokin inflamasi yang memperparah aterosklerosis.

Baca Juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Mitos dan Fakta Seputar Kolesterol dengan Penyakit Jantung Koroner

Ada banyak miskonsepsi seputar hubungan kolesterol dengan penyakit jantung koroner. Mari kita luruskan beberapa di antaranya:

1. Penyakit Jantung Koroner Hanya Menyerang Lansia?

Faktanya:

PJK dapat terjadi pada usia muda. Faktor risiko seperti kebiasaan merokok, pola makan tinggi lemak, diabetes, hipertensi, dan gaya hidup sedentari (kurang gerak) membuat PJK semakin umum pada usia produktif.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahkan menunjukkan peningkatan kasus PJK di Indonesia, termasuk pada kelompok usia muda.

2. Orang dengan Badan Kurus Bebas dari PJK

Faktanya:

Berat badan normal tidak menjamin bebas dari penyakit jantung koroner.

Orang bertubuh kurus pun tetap berisiko jika memiliki lemak viseral yang tinggi (tersembunyi di organ dalam) yang meningkatkan risiko hingga 3,6 kali lebih tinggi, atau jika mereka memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi makanan berlemak, dan kurang olahraga.

Anemia atau penyakit jantung bawaan juga dapat memperberat kerja jantung.

Untuk tahu siapa saja yang berisiko terkena penyakit jantung koroner, bisa baca selengkapnya di sini: Siapa Saja yang Berisiko Menderita Jantung Koroner?

3. Nyeri Dada Pasti Gejala Penyakit Jantung Koroner

Faktanya:

Gejala PJK bervariasi dan bisa atipikal.

Gejala klasik berupa nyeri dada kiri yang menjalar lebih umum pada pria. Wanita sering mengalami gejala atipikal seperti sesak napas, lelah ekstrem, mual, atau nyeri punggung/rahang.

Penting untuk diingat bahwa nyeri dada juga bisa disebabkan oleh gangguan lambung, otot, atau paru-paru.

4. Penyakit Jantung Koroner Karena Kolesterol Diturunkan dari Keturunan

Faktanya:

Faktor gaya hidup lebih dominan. Meskipun riwayat keluarga meningkatkan risiko, 80-90% kasus PJK bisa dicegah dengan pola makan sehat (rendah lemak jenuh, tinggi serat), olahraga teratur (misalnya jalan kaki 30 menit/hari), pengendalian stres, dan berhenti merokok.

Banyak studi membuktikan bahwa modifikasi gaya hidup dapat menurunkan risiko hingga 50% bahkan pada kelompok genetik yang rentan.

5. Minum Obat Penurun Kolesterol Bisa Bebas Makan Lemak

Faktanya:

Obat tidak bisa dijadikan kompromi pada pola makan buruk. Statin, obat penurun kolesterol, tidak menetralkan dampak konsumsi lemak jenuh berlebihan. Pola makan tidak sehat tetap memicu obesitas, diabetes, dan hipertensi yang memperparah PJK.

Selain itu, statin juga memiliki efek samping (seperti nyeri otot) yang memerlukan pemantauan dokter. Pengobatan harus selalu diiringi diet seimbang.

Pentingnya Skrining Jantung untuk Cegah Risiko Penyakit Jantung Koroner

Mengingat kompleksnya hubungan kolesterol dengan penyakit jantung koroner, deteksi dini melalui skrining jantung menjadi sangat krusial. Lalu, kapan harus lakukan skrining jantung untuk deteksi dini penyakit jantung koroner?

Umumnya, orang dewasa disarankan untuk mulai melakukan pemeriksaan kolesterol rutin sejak usia 20 tahun, dan dilanjutkan setiap 4-6 tahun sekali jika hasilnya normal.

Namun, jika Anda memiliki faktor risiko lain seperti riwayat keluarga PJK, obesitas, diabetes, hipertensi, atau gaya hidup tidak sehat, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lebih sering.

Skrining jantung tidak hanya melibatkan pemeriksaan kadar kolesterol. Ini juga mencakup pemeriksaan tekanan darah, gula darah, berat badan, serta evaluasi gaya hidup Anda.

Dengan mengetahui profil risiko Anda, dokter dapat memberikan saran yang personal dan tepat untuk mencegah atau mengelola penyakit jantung koroner.

Hubungi Kami untuk Jadwalkan Skrining Jantung dan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Jantung Terkemuka di Singapura hingga Malaysia

Banyak pasien dari Indonesia yang sering lakukan skrining jantung dan konsultasi dengan dokter spesialis di Singapura atau Malaysia, berkat kecanggihan teknologi medisnya dibandingkan dengan di Indonesia.

Soal hal ini, kami bisa bantu Anda hubungkan dengan rumah sakit/medical center ternama di Singapura hingga Malaysia dan hubungan Anda dengan dokter spesialis jantung terbaiknya.

Kami bisa bantu jadwalkan appointment Anda hingga bantu akomodasinya selama di sana.

Tertarik untuk coba? Info lebih lanjut, bisa langsung hubungi kami melalui tombol di bawah ini.

Info Terkait

Konten Terkait

Kembali ke Saluran Utama: Skrining Kesehatan

Cari Dokter

Dr Kenneth Lee

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.