Paham jenis skrining kanker kolorektal yang tepat bisa membantu membuka peluang kesembuhan agar semakin besar.
Karena seringkali, gejala kanker usus besar seperti perdarahan rektum, perubahan kebiasaan buang air besar, atau penurunan berat badan tidak jelas baru muncul pada stadium lanjut, ketika penanganan menjadi lebih kompleks.
Untuk itu, artikel ini akan bahas apa saja jenis skrining kanker kolorektal/kanker usus besar yang tepat untuk mendiagnosis penyakit ini dengan cepat dan tepat.
Jenis Skrining Kanker Kolorektal/Kanker Usus Besar
Ini beberapa jenis skrining kanker kolorektal yang biasanya akan direkomendasikan untuk diagnosis penyakit satu ini:
1. Guaiac Fecal Occult Blood Test (gFOBT)
Salah satu jenis skrining kanker kolorektal tertua yang masih digunakan hingga kini adalah Guaiac Fecal Occult Blood Test (gFOBT).
Tes ini mendeteksi darah tersembunyi dalam feses yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Darah ini bisa menjadi tanda adanya polip atau kanker di usus besar.
Sebelum melakukan tes ini, Anda akan diminta untuk menghindari makanan tertentu, seperti daging merah, brokoli, dan lobak selama 3 hari.
Tes dilakukan di rumah dengan mengumpulkan sampel feses menggunakan alat khusus, lalu dikirim ke laboratorium.
Meski tergolong mudah dan murah, gFOBT memiliki keterbatasan dalam hal sensitivitas, yakni hanya sekitar 65-70%.
Selain itu, hasil false positive juga mungkin terjadi karena pengaruh makanan tertentu.
Tes ini disarankan dilakukan setiap tahun bagi mereka dengan risiko rata-rata.
2. Fecal Immunochemical Test (FIT)
FIT adalah jenis skrining kanker kolorektal yang lebih modern dibandingkan gFOBT.
Tes ini menggunakan antibodi spesifik untuk mendeteksi hemoglobin manusia dalam feses, sehingga lebih akurat dan tidak terpengaruh oleh makanan.
Keunggulan dari FIT adalah kemudahannya—Anda hanya perlu satu sampel feses tanpa diet khusus sebelumnya.
Dengan sensitivitas sekitar 79% dan spesifisitas 94% untuk mendeteksi kanker, tes ini menjadi pilihan utama dalam program skrining rutin tahunan.
FIT sangat disarankan bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal, faktor risiko kanker lain seperti usia di atas 50 tahun, gaya hidup tidak sehat, atau mereka yang mengalami gejala seperti perdarahan rektum dan perubahan pola BAB.
3. FIT-DNA (Cologuard)
Cologuard adalah inovasi dalam skrining kanker kolorektal yang menggabungkan FIT dengan deteksi DNA abnormal dari sel-sel usus besar yang luruh dalam feses.
Tes ini mampu mendeteksi mutasi gen yang berkaitan dengan kanker, seperti KRAS.
FIT-DNA memiliki keunggulan dalam sensitivitas, yaitu sekitar 92% untuk kanker dan 42% untuk adenoma lanjut.
Tidak diperlukan diet atau persiapan khusus, namun Anda perlu mengirimkan seluruh sampel feses untuk dianalisis di laboratorium. Frekuensi tes ini disarankan setiap 3 tahun.
4. Kolonoskopi
Jika Anda mencari metode skrining yang paling lengkap, kolonoskopi adalah jawabannya.
Prosedur ini memungkinkan dokter melihat langsung seluruh bagian kolon dan rektum menggunakan tabung fleksibel dengan kamera.
Tidak hanya untuk diagnosis, kolonoskopi juga memungkinkan tindakan seperti biopsi dan polipektomi dilakukan sekaligus.
Sebelum kolonoskopi, Anda perlu menjalani diet khusus yang banyak mengonsumsi cairan dan menggunakan laksatif untuk membersihkan usus.
Prosedur ini dilakukan dengan sedasi dan biasanya disarankan setiap 10 tahun bagi individu dengan risiko rata-rata.
Kolonoskopi sangat direkomendasikan jika Anda memiliki gejala mencurigakan seperti penurunan berat badan tidak jelas, perubahan kebiasaan buang air besar, atau riwayat keluarga kanker kolorektal.
5. Sigmoidoskopi Fleksibel
Jenis skrining ini mirip dengan kolonoskopi, namun hanya memeriksa bagian distal usus besar yaitu rektum dan kolon sigmoid.
Meski cakupannya lebih terbatas, sigmoidoskopi fleksibel tetap efektif menurunkan insiden kanker hingga 18% dan angka kematian 26-28%.
Skrining ini biasanya dilakukan setiap 5 tahun dan dapat dikombinasikan dengan FIT tahunan.
Prosedur ini tidak memerlukan sedasi dan hanya membutuhkan persiapan ringan seperti enema.
6. CT Colonoscopy
CT colonoscopy menggunakan teknologi pemindaian dan rekonstruksi 3D untuk memberikan visualisasi usus besar.
Prosedur ini non-invasif dan bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak dapat menjalani kolonoskopi.
Namun, CT colonoscopy tidak bisa mendeteksi polip berukuran kecil (<10 mm) dan tidak memungkinkan pengambilan sampel (biopsi).
Selain itu, Anda tetap perlu menjalani persiapan usus seperti kolonoskopi biasa, dan ada risiko paparan radiasi. Tes ini umumnya dilakukan setiap 5 tahun.
7. Digital Rectal Examination (DRE)
Pemeriksaan colok dubur adalah metode sederhana yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya massa, luka, atau perdarahan pada rektum.
DRE sering digunakan sebagai pemeriksaan awal, terutama pada pria usia di atas 40 tahun atau pasien dengan keluhan di area rektum.
Meskipun bukan metode skrining utama, DRE tetap memiliki peran penting dalam mendeteksi tanda awal kanker kolorektal, terutama jika disertai gejala seperti perdarahan rektum.
Baca Juga: Beberapa Gejala Awal Kanker Usus pada Wanita yang Perlu Diwaspadai
8. Tes Carcinoembryonic Antigen (CEA)
CEA adalah penanda tumor yang bisa digunakan untuk memantau perkembangan atau kekambuhan kanker kolorektal.
Namun, karena sensitivitas dan spesifisitasnya rendah untuk deteksi dini, tes ini tidak digunakan sebagai metode skrining primer.
Biasanya, tes darah CEA lebih bermanfaat setelah diagnosis kanker ditegakkan, misalnya setelah operasi kanker kolorektal, untuk memantau efektivitas pengobatan seperti kemoterapi atau radioterapi.
Ini beberapa rangkuman jenis skrining kanker kolorektal yang banyak dianjurkan berdasarkan beberapa golongan pasiennya:
Kategori Risiko | Usia Mulai | Metode | Interval Pemeriksaan |
Rata-rata | 45-50 tahun | Kolonoskopi/IFT | 10 tahun/tahunan |
Riwayat Keluarga Kanker | 40 tahun (atau 10 tahun lebih muda dari usia diagnosis keluarga) | Kolonoskopi | 3-5 tahun |
IBD (Kolitis Ulseratif) | 8-20 tahun setelah diagnosis | Kolonoskopi | 1-2 tahun |
Sindrom Lynch/FAP | 20-25 tahun | Kolonoskopi/tes genetik | 1-2 tahun |
Butuh Skrining Kanker Kolorektal serta Konsultasi dengan Spesialis Onkologi yang Akurat? Kami Bisa Bantu Cari yang Paling Tepat!
Health365.id, yang merupakan bagian dari 365Asia, bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan medical center terkemuka di Malaysia hingga Singapura.
Kami bisa bantu jadwalkan appointment skrining, hubungkan dengan para dokter spesialisnya, sampai bantu akomodasinya selama di sana.
Cek dokter spesialis onkologi terbaiknya di sini.
Tertarik untuk coba? Atau ingin tanya-tanya lebih lanjut? Bisa langsung konsultasi dengan tim 365Care dari 365Asia dengan klik tombol di bawah ini!
Referensi:
Doubeni CA, Corley DA, Jensen CD, et al. (2024). Fecal Immunochemical Test Screening and Risk of Colorectal Cancer Death. JAMA Netw Open. 2024;7(7):e2423671. doi:10.1001/jamanetworkopen.2024.23671
Imperiale, T. F., Porter, K., Zella, J., Gagrat, Z. D., Olson, M. C., Statz, S., Garces, J., Lavin, P. T., Aguilar, H., Brinberg, D., Berkelhammer, C., Kisiel, J. B., Limburg, P. J., & BLUE-C Study Investigators (2024). Next-Generation Multitarget Stool DNA Test for Colorectal Cancer Screening. The New England journal of medicine, 390(11), 984–993. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2310336
Kankanala VL, Zubair M, Mukkamalla SKR. Carcinoembryonic Antigen. (2024). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK578172/
Kaur K, Zubair M, Adamski JJ. Fecal Occult Blood Test. (2023). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537138/
Mazen, Wibowo BP. (2024). The comparison of fecal occult blood test screening and flexible sigmoidoscopy in reducing mortality risk in colorectal cancer patients: Systematic review and meta-analysis. Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 8(2), 40-45. https://doi.org/10.36216/jpd.v8i2.246
Pickhardt, P. J., Yee, J., & Johnson, C. D. (2018). CT colonography: over two decades from discovery to practice. Abdominal radiology (New York), 43(3), 517–522. https://doi.org/10.1007/s00261-018-1501-8
Stauffer CM, Pfeifer C. Colonoscopy. (2023). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559274/
Teoh, M., Lee, D., Cooke, D., & Nyandoro, M. G. (2023). Digital Rectal Examination: Perspectives on Current Attitudes, Enablers, and Barriers to Its Performance by Doctors-in-Training. Cureus, 15(6), e40625. https://doi.org/10.7759/cureus.40625
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.