Kista Ovarium: Gejala, Penyebab, dan Penanganan Terbaiknya

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang berkembang pada atau di dalam ovarium (indung telur). Meskipun sebagian besar kista ovarium bersifat jinak dan hilang dengan sendirinya, beberapa dapat menyebabkan komplikasi yang memerlukan perhatian medis. Memahami gejala, penyebab, dan pilihan perawatan terbaiknya dapat membantu Anda mengelola kesehatan reproduksi secara efektif.

Pelajari lebih lanjut: Kesehatan Wanita >>

Apa Itu Kista Ovarium?

Kista ovarium umum terjadi pada wanita di usia subur. Kista biasanya diklasifikasikan menjadi dua jenis utama:

1. Kista Fungsional – Berkembang sebagai bagian dari siklus menstruasi dan biasanya menghilang tanpa intervensi medis.
2. Kista Ovarium Lainnya – Jenis ini kurang umum dan dapat diakibatkan oleh pertumbuhan sel abnormal. Beberapa kista ovarium, seperti dermoid cysts atau endometriotic cysts (kista endometriosis), mungkin memerlukan perawatan.

Gejala Kista Ovarium

Banyak kista ovarium tidak menimbulkan gejala dan mungkin hanya terdeteksi selama pemeriksaan ginekologi rutin. Namun, beberapa wanita mungkin mengalami gejala berikut:

• Nyeri panggul, yang bisa tajam atau tumpul.
• Kembung atau perasaan penuh di perut.
• Siklus menstruasi tidak teratur.
• Nyeri saat berhubungan seksual.
• Sering buang air kecil atau kesulitan mengosongkan kandung kemih.
• Kenaikan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
• Dalam beberapa kasus, kista ovarium dapat pecah (rupture), menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan internal, yang memerlukan perhatian medis segera.

Penyebab dan Faktor Risikonya

Beberapa faktor dapat berkontribusi pada perkembangan kista ovarium, termasuk:

• Ketidakseimbangan hormonal.
• Endometriosis.
• Kehamilan.
• Infeksi panggul.
• Sindrom ovarium polikistik (Polycystic Ovary Syndrome / PCOS).

Wanita dengan riwayat kista ovarium atau yang sedang menjalani perawatan kesuburan (fertility treatments) juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kista baru.

Diagnosis dan Perawatan di Singapura

Jika seorang wanita mengalami gejala yang mengarah pada kista ovarium, dokter kandungan (ginekolog) mungkin merekomendasikan tes diagnostik seperti:

1. USG – Tes pencitraan ini membantu menentukan ukuran, bentuk, dan komposisi kista.
2. Tes Darah – Tes seperti penanda CA-125 dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker ovarium pada wanita pascamenopause.
3. Laparoskopi – Prosedur bedah minimal invasif yang memungkinkan visualisasi langsung dan pengangkatan kista jika diperlukan.

Pilihan Perawatan

Perawatan kista ovarium tergantung pada jenis, ukuran, dan gejala yang menyertainya. Pilihan perawatan umum yang tersedia di Singapura meliputi:

1. Pemantauan Berkala – Kista kecil dan tanpa gejala dapat dipantau dari waktu ke waktu untuk memeriksa perubahan.
2. Obat-obatan – Pil kontrasepsi hormonal mungkin diresepkan untuk mencegah pembentukan kista baru.
3. Pengangkatan dengan Pembedahan – Jika kista besar, persisten, atau menyebabkan gejala parah, pengangkatan dengan pembedahan mungkin diperlukan. Pilihannya meliputi:
   • Laparoscopic Cystectomy – Prosedur minimal invasif untuk mengangkat kista sambil mempertahankan ovarium.
   • Laparotomy – Pembedahan yang lebih luas untuk kista yang lebih besar atau berpotensi kanker.

Kapan Harus Menemui Dokter

Kalau Anda mengalami nyeri panggul persisten, kembung, atau siklus menstruasi tidak teratur, harus berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk evaluasi lebih lanjut. Deteksi dini dan penanganan kista ovarium dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

Hubungi Kami Untuk Membuat Janji Temu dengan Dokter Kandungan

Jika Anda ingin berkonsultasi dengan dokter kandungan di Singapura hingga Malaysia untuk penanganan kista ovarium terbaik, Health365.id—sebagai bagian dari 365Asia—dapat membantu membuatkan janji temu. Hubungi kami melalui tombol di bawah.

Artikel Terkait

Kembali ke Saluran Utama: Kesehatan Wanita di Indonesia

• Fertilitas / Kesuburan – Faktor Penentu dan Cara Meningkatkannya
• Ginekologi – Kondisi Medis Kesehatan Wanita di Indonesia