Kanker ovarium sering disebut sebagai “silent killer” karena gejalanya yang seringkali tidak terlihat dan biasanya baru terdeteksi pada stadium lanjut. Kesadaran akan faktor risiko dan upaya pencegahan menjadi kunci penting. Berikut adalah informasi penting seputar faktir risiko penyebab kanker ovarium serta pencegahannya yang perlu diketahui.
Kembali ke Saluran Utama: Skrining Kesehatan
Jadwalkan Skrining Kanker Ovarium di Singapura dan Malaysia Sekarang
Temukan Paket Skrining Kanker dan Skrining Kesehatan Terbaik Lainnya
Faktor Risiko dan Penyebab Kanker Ovarium
Di Indonesia, kanker ovarium termasuk dalam sepuluh besar kanker paling umum terjadi. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor risiko sudah teridentifikasi, seperti:
- Usia: Risiko kanker ovarium meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian besar kasus terjadi pada perempuan di atas usia 50 tahun, meskipun perempuan yang lebih muda juga bisa mengalaminya.
- Riwayat Keluarga: Perempuan dengan riwayat keluarga (terutama ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan) yang menderita kanker ovarium, atau perempuan yang memiliki mutasi gen tertentu yang diwariskan (seperti gen kanker payudara BRCA1 atau BRCA2).
- Riwayat Reproduksi: Perempuan yang belum pernah memiliki anak (nullipara) atau belum pernah hamil. Mereka yang memiliki masalah infertilitas juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi.
- Endometriosis: Perempuan dengan endometriosis, suatu kondisi di mana jaringan yang mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim.
- Riwayat Kanker Lain: Perempuan yang pernah menderita kanker payudara, kanker usus besar (kolon), kanker rektum, atau kanker rahim (uterus).
Pencegahan Kanker Ovarium
Tidak ada cara yang dijamin dapat mencegah kanker ovarium sepenuhnya, tetapi beberapa langkah berikut dapat membantu menurunkan risikonya:
- Kehamilan dan Menyusui: Karena belum pernah hamil merupakan salah satu faktor risiko, kehamilan (terutama di usia yang lebih muda) dan menyusui dapat menurunkan risiko.
- Kontrasepsi Oral: Menggunakan pil KB (kontrasepsi oral kombinasi) dalam jangka panjang dapat mengurangi risiko kanker ovarium secara signifikan.
- Tindakan Bedah: Perempuan yang telah menjalani ligasi tuba (mengikat tuba falopi) atau histerektomi (pengangkatan rahim) mungkin memiliki risiko lebih rendah. Penting untuk dicatat bahwa prosedur ini dilakukan atas indikasi medis tertentu, bukan semata-mata untuk mengurangi risiko kanker ovarium.
- Gaya Hidup Sehat: Olahraga teratur, pola makan bergizi seimbang (kaya sayur dan buah), serta menjaga berat badan ideal dapat berkontribusi menurunkan risiko berbagai kanker, termasuk kanker ovarium.
- Pemeriksaan Panggul Rutin dan Kewaspadaan: Saat ini belum ada metode skrining yang sangat andal untuk kanker ovarium pada populasi umum. Namun, pemeriksaan panggul (pelvic exam) rutin oleh dokter dapat membantu mendeteksi adanya kelainan pada organ reproduksi. Kenali juga gejala potensial seperti perut kembung terus-menerus, rasa tidak nyaman di perut/panggul, cepat kenyang, atau perubahan kebiasaan buang air kecil.
Penting untuk dipahami bahwa beberapa faktor risiko kanker ovarium, seperti usia dan riwayat keluarga, tidak dapat dihindari. Langkah-langkah pencegahan di atas juga tidak selalu direkomendasikan untuk semua orang. Sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan profesional mengenai faktor risiko individu Anda dan langkah-langkah potensial apa yang sesuai untuk membantu menurunkan risiko kanker ovarium.
Skrining Kanker Ovarium
Beberapa tes yang sering disertakan dalam paket pemeriksaan kesehatan untuk membantu mendeteksi potensi kanker ovarium meliputi:
- Tes CA 125: Tes darah yang mengukur kadar protein CA 125 (Cancer Antigen 125) dalam darah. Kadar CA 125 seringkali meningkat pada kasus kanker ovarium. Harap dicatat bahwa banyak kondisi non-kanker lainnya juga dapat meningkatkan kadar CA 125, seperti endometriosis, mioma, infeksi panggul, atau bahkan menstruasi.
- Ultrasonografi Transvaginal (USG TV): Pemeriksaan USG yang dilakukan melalui vagina untuk melihat rahim dan indung telur (ovarium) secara lebih detail. Jika hasil USG menunjukkan adanya kista atau massa pada ovarium, dan disertai dengan kadar CA 125 yang tinggi, hal ini dapat meningkatkan kecurigaan adanya kanker ovarium.
Umumnya, hasil tes skrining yang tidak normal memerlukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut (seperti MRI atau biopsi) untuk memastikan diagnosis kanker ovarium.
Jadwalkan Skrining Kanker Ovarium Terbaik di Singapura dan Malaysia Sekarang!
Jika Anda sudah lakukan pemeriksaan tapi ingin mencari second opinion lebih akurat, atau ingin langsung cari pemeriksaan yang bisa langsung penanganan, kami bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan terpercaya di Singapura dan Malaysia, menawarkan berbagai paket pemeriksaan kesehatan serta penanganan kanker terbaik. Untuk jadwalkan appointment atau tanya-tanya lebih lanjut, bisa hubungi kami melalui tombol di bawah ini!
Info Terkait
- Ingin konsultasi lebih lanjut? Bisa hubungi tim 365Care via WhatsApp (wa.me/6590991662)
- Booking paket skrining kanker terbaik di Singapura dan Malaysia
- Temukan paket skrining kesehatan lainnya di 365Mall
Konten Terkait
Kembali ke Saluran Utama: Skrining Kesehatan
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.