fbpx
Mengenal Perbedaan Antara Kolonoskopi dan Sigmoidoskopi

Mengenal Perbedaan Antara Kolonoskopi dan Sigmoidoskopi

Mengenal Perbedaan Antara Kolonoskopi dan Sigmoidoskopi
Dr Ester Yeoh

Untuk pemeriksaan usus besar, seringkali pasien kebingungan perbedaan antara kolonoskopi dan sigmoidoskopi, terutama karena keduanya sama-sama menggunakan tabung fleksibel berkamera.

Memahami perbedaan kolonoskopi dan sigmoidoskopi sangat penting agar Anda tahu apa yang diharapkan dan bisa berdiskusi lebih baik dengan dokter.

Artikel ini akan bahas apa saja perbedaan antara kolonoskopi dan sigmoidoskopi mulai dari cara kerja, cakupan, hingga efeknya.

Perbedaan Antara Kolonoskopi dan Sigmoidoskopi

Ini beberapa perbedaan antara kolonoskopi dan sigmoidoskopi:

1. Cakupan Pemeriksaan & Panjang Usus

Inilah salah satu perbedaan kolonoskopi dan sigmoidoskopi yang paling utama.

Kolonoskopi dirancang untuk memeriksa seluruh usus besar, dari rektum hingga sekum (bagian awal usus besar yang terhubung dengan usus halus).

Dengan panjang sekitar 120-180 cm, alat kolonoskop dapat menelusuri seluruh lekuk usus besar Anda.

Sementara itu, sigmoidoskopi hanya memeriksa usus besar bagian bawah, yang meliputi rektum dan kolon sigmoid.

Kolon sigmoid adalah bagian usus besar yang berbentuk S sebelum terhubung ke rektum.

Panjang alat sigmoidoskop umumnya lebih pendek, sekitar 60 cm.

Jadi, jika Anda mencari pemeriksaan usus besar yang menyeluruh, kolonoskopi adalah jawabannya.

2. Tujuan & Kondisi yang Bisa Dideteksi/Ditangani

Tujuan utama kolonoskopi adalah untuk skrining kanker kolorektal secara komprehensif, deteksi dini polip, peradangan, pendarahan, atau kondisi lain di seluruh usus besar.

Selama kolonoskopi, dokter bisa langsung melakukan biopsi usus (pengambilan sampel jaringan) atau mengangkat polip yang ditemukan.

Ini sangat krusial karena sebagian besar kanker kolorektal bermula dari polip.

Sigmoidoskopi, di sisi lain, lebih sering digunakan untuk:

  • Mencari penyebab pendarahan rektum atau perubahan kebiasaan buang air besar yang berasal dari bagian bawah usus.
  • Mendiagnosis kondisi seperti divertikulosis atau kolitis ulseratif yang terlokalisasi di rektum dan kolon sigmoid.
  • Sebagai skrining terbatas untuk kanker kolorektal pada individu dengan risiko rendah atau ketika kolonoskopi penuh tidak memungkinkan.

3. Tahapan Persiapannya

Persiapan untuk kedua prosedur ini mirip, namun tingkat ketatnya berbeda.

Baik kolonoskopi maupun sigmoidoskopi memerlukan usus yang bersih agar dokter dapat melihat dengan jelas.

Anda akan diminta untuk menjalani diet kolonoskopi rendah serat beberapa hari sebelumnya dan mengonsumsi obat pencahar khusus.

Untuk persiapan kolonoskopi biasanya lebih intensif dan memakan waktu lebih lama karena seluruh usus besar harus bersih.

Anda mungkin perlu minum cairan pencahar dalam jumlah lebih banyak.

Sedangkan untuk sigmoidoskopi, persiapannya cenderung lebih singkat, kadang hanya memerlukan enema.

4. Prosedur & Kenyamanan

Pemeriksaan sigmoidoskopi bagaimana?

Prosedur ini biasanya dilakukan di ruang praktik dokter tanpa anestesi atau dengan sedasi minimal.

Pasien mungkin merasakan sedikit ketidaknyamanan atau kram saat alat dimasukkan.

Kolonoskopi umumnya dilakukan dengan sedasi ringan hingga sedang, bahkan bius total, tergantung pada fasilitas dan preferensi pasien.

Hal ini bertujuan untuk memastikan kenyamanan Anda selama prosedur kolonoskopi, mengingat durasinya yang lebih lama dan cakupannya yang lebih luas.

Anda akan tertidur atau merasa sangat rileks dan tidak merasakan sakit.

5. Durasi & Pemulihan

Durasi kolonoskopi biasanya sekitar 30-60 menit, tergantung pada temuan dan tindakan yang dilakukan (misalnya, pengangkatan polip).

Karena sedasi yang digunakan, Anda akan memerlukan waktu pemulihan beberapa jam di rumah sakit dan tidak diperbolehkan mengemudi setelah prosedur.

Sigmoidoskopi lebih cepat, biasanya hanya 10-20 menit.

Karena sedasi minimal atau tidak ada, waktu pemulihannya juga lebih singkat, dan Anda mungkin bisa langsung pulang setelah prosedur.

6. Risiko & Efek Samping

Setiap prosedur medis memiliki risiko, meskipun minimal.

Risiko kolonoskopi termasuk perforasi usus (lubang pada dinding usus, sangat jarang), pendarahan, atau reaksi terhadap sedasi.

Risiko sigmoidoskopi serupa tetapi secara statistik lebih rendah karena cakupannya yang terbatas.

Efek samping umum dari keduanya adalah kembung atau kram sementara setelah prosedur.

7. Akurasi & Frekuensi Skrining

Akurasi kolonoskopi dalam mendeteksi lesi di seluruh usus besar sangat tinggi, menjadikannya standar emas untuk skrining kanker kolorektal.

Jika hasilnya normal dan Anda tidak memiliki faktor risiko tinggi, rekomendasi dokter adalah mengulang kolonoskopi setiap 5-10 tahun.

Sigmoidoskopi memiliki akurasi yang baik untuk bagian bawah usus, tetapi tidak dapat mendeteksi polip atau kanker di bagian atas usus besar.

Oleh karena itu, frekuensi skriningnya mungkin lebih sering atau dikombinasikan dengan metode lain.

Kapan Harus Pilih Kolonoskopi atau Sigmoidoskopi?

Jadi, kapan perlu kolonoskopi dan kapan perlu sigmoidoskopi? Pertanyaan ini sering muncul.

Kolonoskopi biasanya direkomendasikan jika:

  • Anda berusia di atas 50 tahun dan belum pernah melakukan skrining kanker kolorektal.
  • Memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal atau polip.
  • Mengalami gejala seperti pendarahan rektum yang tidak jelas asalnya, perubahan kebiasaan buang air besar yang persisten, nyeri perut kronis, atau penurunan berat badan yang tidak disengaja.
  • Ada kebutuhan untuk memeriksa seluruh usus besar dan potensi mengangkat polip atau melakukan biopsi.

Anda mungkin direkomendasikan sigmoidoskopi jika:

  • Dokter hanya perlu memeriksa bagian bawah usus untuk mencari penyebab pendarahan rektum ringan atau perubahan kebiasaan buang air besar yang spesifik.
  • Anda memiliki risiko rendah untuk kanker kolorektal dan sigmoidoskopi dianggap cukup sebagai skrining awal.
  • Ada kontraindikasi atau alasan medis lain yang membuat kolonoskopi penuh tidak memungkinkan.

Memahami perbedaan kolonoskopi dan sigmoidoskopi – mulai dari cakupan pemeriksaan, tahapan persiapan, kenyamanan prosedur, hingga frekuensi skrining – bisa membantu mengurangi kecemasan dan memungkinkan diskusi yang lebih efektif dengan dokter.

Ingin Lakukan Prosedur Kolonoskopi dan Skrining Kesehatan Lainnya? Kami Bisa Bantu Anda!

Prosedur kolonoskopi ini memang bisa Anda temukan di Indonesia. Tapi kalau ingin yang berkualitas terbaik, prosedur pemeriksaan di Malaysia dan Singapura bisa jadi opsi pertimbangan terbaik, dengan kecanggihan teknologinya, layanan kesehatan yang terintegrasi, dengan penawaran harga yang kompetitif.

Health365 sudah banyak bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan medical center ternama di Malaysia hingga Singapura, untuk bantu jadwalkan appointment sampai bantu akomodasi selama berobat di sana.

Tertarik buat coba? Info lebih lanjut, Anda bisa langsung hubungi kami dengan klik tombol di bawah ini!

Eye Health

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.