Serangan jantung, sebuah kondisi medis yang sering kita dengar, tak lagi hanya mengintai mereka yang sudah berusia lanjut. Belakangan, kasus serangan jantung di usia produktif semakin meningkat.
Banyak dari kita mungkin menganggapnya sepele, mengira nyeri dada biasa adalah masuk angin, padahal itu bisa jadi alarm bahaya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam apa itu serangan jantung, penyebabnya, gejalanya, serta langkah penanganan yang tepat.
Kembali ke Saluran Utama: Skrining Jantung/Medical Check Up Jantung
Apa Itu Serangan Jantung?
Secara medis, serangan jantung, atau infark miokard, terjadi ketika aliran darah menuju otot jantung terhenti secara mendadak.
Jantung membutuhkan pasokan darah kaya oksigen untuk berfungsi. Aliran darah ini disuplai oleh pembuluh darah koroner.
Masalahnya, seiring waktu, gaya hidup tidak sehat bisa memicu terbentuknya plak kolesterol (aterosklerosis) di dinding pembuluh darah tersebut. Plak ini bisa pecah dan membentuk gumpalan darah yang langsung menyumbat total aliran darah.
Ketika ini terjadi, otot jantung tidak lagi mendapatkan oksigen, sel-selnya mulai rusak, dan dalam 30 menit bisa mati.
Inilah yang menyebabkan kerusakan fatal dan berpotensi memicu kegagalan jantung memompa darah ke seluruh tubuh, yang kita kenal sebagai serangan jantung.
Penyebab Serangan Jantung
Penyebab utama serangan jantung adalah penyakit jantung koroner yang mencakup sekitar 80% kasus.
Namun, ada beberapa faktor lain yang juga dapat memicu kondisi ini, di antaranya:
- Spasme arteri koroner: Penyempitan sementara pembuluh darah koroner akibat stres, konsumsi obat-obatan terlarang, atau paparan suhu ekstrem.
- Hipoksemia: Rendahnya kadar oksigen dalam darah, misalnya akibat keracunan karbon monoksida atau penyakit paru.
- Penyakit Kawasaki: Peradangan pembuluh darah yang dapat menyebabkan pembentukan gumpalan, sering terjadi pada usia muda.
- Kardiomiopati hipertrofi: Penebalan otot jantung yang bersifat genetik.
- Olahraga intens secara mendadak tanpa pemanasan yang memadai.
- Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dosis tinggi, seperti ibuprofen, yang dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah.
Beberapa penyebab serangan jantung di usia muda berkaitan dengan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, kolesterol tinggi, dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Gejala Serangan Jantung
Gejala serangan jantung bisa bervariasi, tergantung usia dan jenis kelamin. Secara umum, tanda yang paling sering muncul meliputi:
- Nyeri dada seperti ditindih benda berat, menjalar ke lengan kiri, rahang, atau punggung.
- Sesak napas bahkan saat beristirahat.
- Keringat dingin, mual, pusing, dan rasa cemas berlebihan.
Perbedaan gejala serangan jantung pada pria dan wanita juga perlu diperhatikan.
Pada pria, keluhan biasanya berupa nyeri dada hebat yang jelas terasa.
Sedangkan pada wanita, gejala sering kali lebih samar, seperti kelelahan ekstrem, sakit punggung atas, gangguan tidur, atau mual yang muncul bahkan sebulan sebelum serangan.
Cara Mengatasi Serangan Jantung
Penanganan serangan jantung memerlukan tindakan cepat dan terarah, mulai dari:
- Di ruang gawat darurat, dokter bisa memberikan obat trombolitik dalam 12 jam pertama untuk menghancurkan gumpalan darah.
- Dilakukan tidakan prosedur pasang ring jantung (PCI), di mana balon atau ring (stent) dipasang untuk membuka kembali arteri yang tersumbat.
- Dalam kasus yang lebih parah, mungkin diperlukan operasi bypass jantung, yaitu pencangkokan pembuluh darah dari bagian tubuh lain untuk mengalihkan aliran darah ke jantung.
- Setelah penanganan darurat berhasil, pasien akan menjalani rehabilitasi jantung berupa program latihan fisik terawasi dan edukasi gaya hidup.
- Penggunaan obat jangka panjang seperti statin untuk mengontrol kolesterol dan aspirin sebagai pengencer darah untuk mencegah serangan jantung berulang.
Untuk tahu bagaimana pertolongan pertama serangan jantung yang tepat serta kapan waktu tepat penanganannya, Anda bisa baca selengkapnya di sini:
- Ini Pertolongan Pertama Serangan Jantung yang Wajib Dipahami.
- Golden Period Serangan Jantung: Waktu Terbaik & Peran Pentingnya.
Kasus Serangan Jantung di Indonesia
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan fakta yang mengejutkan, karena penyakit jantung kini juga merajalela di kalangan usia produktif.
Kelompok usia 25-34 tahun mendominasi dengan 140.206 pasien, sedikit di atas kelompok usia 15-24 tahun.
Hal ini mengindikasikan bahwa faktor risiko penyakit jantung koroner seperti gaya hidup tidak sehat, kolesterol tinggi, dan hipertensi (tekanan darah tinggi) sudah menjalar ke generasi yang lebih muda.
Angka-angka ini adalah pengingat keras bagi kita bahwa kesehatan kardiovaskular harus menjadi prioritas, tanpa memandang usia.
Ingin Lakukan Cek dan Penanganan Jantung Terbaik di Singapura? Kami Siap Bantu Anda!
Mengingat kualitas medis Singapura yang lebih canggih dibandingkan di Indonesia, tak heran banyak pasien dari Indonesia memilih untuk dapatkan tindakan medis di sana, termasuk untuk penyakit jantung.
Untuk Anda yang tertarik pergi ke Singapura untuk lakukan pengobatan seputar penyakit jantung, 365Sehat bisa bantu hubungkan Anda ke rumah sakit terkemuka di Singapura dan berkonsultasi bersama dokter spesialis kardiologi dan bedah kardiotoraks pilihannya.
Tertarik untuk coba? Info lebih lanjut, bisa langsung hubungi kami dengan klik tombol di bawah inI!
Info Terkait
- Ingin konsultasi lebih lanjut? Bisa hubungi tim 365Care via WhatsApp (wa.me/6590991662)
- Temukan paket harga skrining jantung terbaik bersama dokter spesialis jantung di Singapura.
Artikel Terkait
Kembali ke Saluran Utama: Skrining Jantung/Medical Check Up Jantung
- CT Angiografi/Angiogram
- Skrining Kesehatan/Medical Check Up
- Rumah Sakit Jantung di Singapura
- Biaya Pengobatan Penyakit Jantung Koroner di Singapura
Referensi:
Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. (2024). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dalam Angka. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/ski-2023-dalam-angka/
Di Lenarda, F., Balestrucci, A., Terzi, R., Lopes, P., Ciliberti, G., Marchetti, D., Schillaci, M., Doldi, M., Melotti, E., Ratti, A., Provera, A., Paolisso, P., Andreini, D., & Conte, E. (2024). Coronary Artery Disease, Family History, and Screening Perspectives: An Up-to-Date Review. Journal of Clinical Medicine, 13(19), 5833. https://doi.org/10.3390/jcm13195833
Fang, J., Luncheon, C., Ayala, C., Odom, E., & Loustalot, F. (2019). Awareness of Heart Attack Symptoms and Response Among Adults – United States, 2008, 2014, and 2017. MMWR. Morbidity and mortality weekly report, 68(5), 101–106. https://doi.org/10.15585/mmwr.mm6805a2
World Health Organization. (2025, 31 Juli). Cardiovascular diseases (CVDs). WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi health365.asia/365mall.