fbpx
Inilah Perbedaan Pneumonia dan Kanker Paru-paru

Inilah Perbedaan Pneumonia dan Kanker Paru-paru

Inilah Perbedaan Pneumonia dan Kanker Paru-paru
365Asia Find A Doctor

Sama-sama mengincar paru-paru, sebenarnya apa perbedaan pneumonia dan kanker paru-paru ini?

Pneumonia adalah infeksi paru yang akut, sedangkan kanker paru‑paru adalah pertumbuhan sel abnormal (tumor paru) yang ganas.

Namun di balik itu ada banyak perbedaan pada penyakit yang menyerang paru-paru ini, dari penyebab, gejala, sampai pencegahan.

Perbedaan Pneumonia dan Kanker Paru

Inilah beberapa perbedaan pneumonia dan kanker paru-paru yang bisa Anda pahami agar bisa lakukan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat:

1. Penyebabnya

Melihat akar masalahnya, tentu saja penyebabnya pun berbeda secara signifikan.

Pneumonia secara spesifik disebabkan oleh infeksiparu-paru.

Misalnya, bakteri seperti Streptococcus pneumoniae adalah penyebab umum pneumonia bakteri.

Selain itu, virus (seperti virus influenza atau RSV) dan jamur juga dapat memicu kondisi ini.

Sementara itu, penyebab kanker paru-paru timbul dari serangkaian mutasi genetik yang menyebabkan sel-sel paru tumbuh secara tidak normal dan tidak terkendali.

Faktor faktor risiko utamanya adalah paparan zat karsinogenik. Rokok adalah penyebab utama, namun paparan asbes, radon, polusi udara, dan bahkan faktor genetik tertentu juga berperan penting.

2. Gejalanya

Meskipun ada beberapa gejala pernapasan yang bisa tumpang tindih antara keduanya, seperti batuk (bisa berdahak atau kering), sesak napas, dan nyeri dada, ada juga gejala khas yang bisa menjadi petunjuk penting dalam diagnosis banding.

Gejala khas pneumonia seringkali meliputi demam tinggi (di atas 38°C), menggigil hebat, dan berkeringat.

Dahak yang dikeluarkan biasanya berwarna kuning atau hijau, dan pernapasan cepat serta dangkal.

Pada anak-anak, mual atau muntah bisa terjadi, sementara pada lansia, linglung adalah tanda yang perlu diwaspadai.

Semua ini menunjukkan adanya peradangan paru yang akut dan infeksi.

Sebaliknya, gejala khas kanker paru-paru seringkali lebih tersembunyi di awal.

Batuk yang persisten dan memburuk, terutama jika berlangsung lebih dari tiga minggu dan disertai batuk berdarah, adalah tanda peringatan serius.

Penurunan berat badan drastis tanpa sebab yang jelas, suara serak, kesulitan menelan, atau bahkan pembengkakan di wajah atau leher juga bisa menjadi indikasi kanker.

Pada stadium lanjut, nyeri tulang, sakit kepala, atau mati rasa di anggota tubuh bisa terjadi akibat penyebaran sel kanker.

3. Deteksinya

Deteksi dini sangat penting untuk kedua kondisi ini, dan metode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis banding juga berbeda.

Untuk pneumonia, pemeriksaan medis awal seringkali melibatkan pemeriksaan fisik di mana dokter mungkin mendengar suara “krepitasi” (suara berderak) melalui stetoskop.

Radiologi dada berupa rontgen dada biasanya menunjukkan gambaran cairan atau konsolidasi di paru-paru.

Tes dahak dan darah juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi patogen penyebab infeksi.

Sedangkan untuk kanker paru-paru, deteksi lebih sering melibatkan teknologi pencitraan yang lebih canggih.

PET/CT scan digunakan untuk mendeteksi keberadaan tumor paru dan melihat sejauh mana penyebarannya.

Untuk konfirmasi pasti, biopsi (pengambilan sampel jaringan) adalah prosedur standar untuk menganalisis sel-sel di bawah mikroskop guna memastikan apakah itu sel ganas.

Untuk skrining pada kelompok berisiko tinggi (misalnya, perokok berat di atas 50 tahun), low-dose CT scan direkomendasikan.

Baca Juga: Cerita Pak Irfan Didiagnosis Kanker Paru-paru melalui Low-dose CT Scan

4. Pengobatannya

Karena perbedaan pneumonia dan kanker paru-paru yang mendasar, pendekatan pengobatannya pun sangat berbeda.

Pengobatan pneumonia berfokus pada pemberantasan infeksi.

Jika disebabkan oleh bakteri, antibiotik adalah lini pertama pengobatan. Untuk pneumonia virus, antivirus mungkin diberikan, dan antijamur untuk infeksi jamur.

Perawatan suportif seperti istirahat cukup, hidrasi, dan oksigen tambahan juga krusial. Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar kasus pneumonia dapat sembuh total dalam 1-3 minggu.

Sebaliknya, pengobatan kanker paru-paru jauh lebih kompleks dan bervariasi tergantung pada stadium penyakit. Pada stadium awal, operasi pengangkatan massa paru mungkin menjadi pilihan.

Untuk stadium lanjut, pilihan pengobatan meliputi kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan terapi target yang menargetkan karakteristik spesifik sel kanker.

Pengobatan paliatif juga penting untuk mengelola gejala berat seperti nyeri atau sesak napas, demi meningkatkan kualitas hidup pasien.

5. Prognosisnya

Prognosis atau harapan hidup untuk kedua kondisi ini juga sangat kontras.

Mayoritas penderita pneumonia dapat sembuh total dengan pengobatan yang tepat.

Namun, jika terlambat ditangani atau pada individu dengan imunodefisiensi (sistem kekebalan tubuh lemah) atau usia lanjut, komplikasi serius seperti sepsis, abses paru, atau gagal napas dapat terjadi.

Sayangnya, prognosis untuk kanker paru-paru seringkali lebih menantang, terutama jika terdeteksi pada stadium lanjut.

Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun bisa sangat rendah, bahkan kurang dari 5% jika terjadi metastasis atau penyebaran ke organ lain.

Hanya sekitar 16% kasus kanker paru-paru yang terdiagnosis dini sebelum sel kanker menyebar.

Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi penyebaran sel kanker ke otak atau tulang, serta efusi pleura (penumpukan cairan di sekitar paru-paru).

6. Pencegahannya

Meskipun keduanya mempengaruhi paru-paru, strategi pencegahan untuk pneumonia dan kanker paru-paru juga memiliki fokus yang berbeda.

Pencegahan pneumonia (pencegahan primer) meliputi vaksinasi (seperti PCV13 atau PPSV23), praktik kebersihan dasar seperti mencuci tangan secara rutin, dan menghindari kontak dengan individu yang sakit.

Pencegahan sekunder melibatkan pengobatan infeksi pernapasan seperti flu secepatnya untuk mencegah komplikasi menjadi pneumonitis.

Untuk pencegahan kanker paru-paru, pencegahan primer yang paling penting adalah berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok atau zat berbahaya lainnya seperti asbes dan radon. Menggunakan masker di area berpolusi tinggi juga disarankan.

Pencegahan sekunder melibatkan skrining rutin, seperti low-dose CT scan, bagi kelompok berisiko tinggi yang memiliki riwayat merokok dan usia lanjut (>50 tahun).

Ingin Deteksi Masalah Paru-paru Sebelum Terlambat? Kami Cari Pilihannya yang Paling Tepat!

Baik pneumonia ataupun kanker paru-paru, deteksi dini melalui skrining jadi kunci utama agar pengobatannya bisa tepat ke sumber permasalahannya.

Health365.id, yang merupakan bagian dari 365Asia, bekerjasama dengan berbagai rumah sakit dan medical center terkemuka di Malaysia hingga Singapura, sehingga bisa bantu Anda jadwalkan appointment skrining, hubungkan dengan dokter spesialisnya, sampai bantu akomodasinya selama di sana.

Cek paket skrining kanker dari mitra kami di sini.

Cek pilihan dokter spesialis kanker terbaiknya di sini.

Tertarik buat coba? Atau ingin tanya-tanya lebih lanjut? Bisa langsung hubungi tim 365Care dari 365Asia dengan klik tombol di bawah ini!

Referensi:

Asmara, O. D., Tenda, E. D., Singh, G., Pitoyo, C. W., Rumende, C. M., Rajabto, W., Ananda, N. R., Trisnawati, I., Budiyono, E., Thahadian, H. F., Boerma, E. C., Faisal, A., Hutagaol, D., Soeharto, W., Radityamurti, F., Marfiani, E., Romadhon, P. Z., Kholis, F. N., Suryadinata, H., … van Geffen, W. H. (2023). Lung Cancer in Indonesia. Journal of Thoracic Oncology, 18(9), 1134–1145. https://doi.org/10.1016/j.jtho.2023.06.010

Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, et al. Pneumonia Pathology. (2023). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/

Khan, M. A., Bajwa, A., & Hussain, S. T. (2025). Pneumonia: Recent Updates on Diagnosis and Treatment. Microorganisms, 13(3), 522. https://doi.org/10.3390/microorganisms13030522

Prado, M. G., Kessler, L. G., Au, M. A., Burkhardt, H. A., Zigman Suchsland, M., Kowalski, L., Stephens, K. A., Yetisgen, M., Walter, F. M., Neal, R. D., Lybarger, K., Thompson, C. A., Al Achkar, M., Sarma, E. A., Turner, G., Farjah, F., & Thompson, M. J. (2023). Symptoms and signs of lung cancer prior to diagnosis: case-control study using electronic health records from ambulatory care within a large US-based tertiary care centre. BMJ open, 13(4), e068832. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2022-068832

Rögnvaldsson, K. G., Bjarnason, A., Ólafsdóttir, I. S., Helgason, K. O., Guðmundsson, A., & Gottfreðsson, M. (2023). Adults with symptoms of pneumonia: a prospective comparison of patients with and without infiltrates on chest radiography. Clinical Microbiology and Infection, 29(1), 108.e1–108.e6. https://doi.org/10.1016/j.cmi.2022.07.013

Sattar SBA, Nguyen AD, Sharma S. Bacterial Pneumonia. (2024). StatPearls . Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513321/

Siddiqui F, Vaqar S, Siddiqui AH. Lung Cancer. (2023). StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357/

Dr Ananda Vella

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.