Sebagai bagian dari prosedur endoskopi, seringkali banyak yang kurang paham apa perbedaan gastroskopi dan kolonoskopi.
Meskipun sama-sama digunakan untuk memeriksa kondisi saluran pencernaan, ada beberapa perbedaan dari sisi area pemeriksaan, jalur masuk alatnya, hingga kapan perlu dilakukannya.
Untuk cari tahu lebih detail, simak selengkapnya di bawah ini!
Perbedaan Gastroskopi dan Kolonoskopi
Ini beberapa perbedaan gastroskopi dan kolonoskopi yang perlu dipahami sebelum lakukan prosedurnya:
1. Area Pemeriksaan
Perbedaan gastroskopi dan kolonoskopi yang paling utama terletak pada area pemeriksaan.
Gastroskopi, atau sering disebut juga endoskopi bagian atas, berfokus pada pemeriksaan saluran cerna bagian atas.
Ini meliputi kerongkongan (esofagus), lambung, dan bagian awal usus halus (duodenum).
Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat secara langsung kondisi mukosa, mencari adanya peradangan, tukak, atau bahkan potensi kanker lambung.
Sementara itu, kolonoskopi ditujukan untuk memeriksa usus besar (kolon) secara keseluruhan hingga bagian akhir usus halus (ileum terminal).
Pemeriksaan ini sangat vital untuk skrining kanker usus, deteksi dini kanker, serta menemukan dan mengangkat polip usus yang berpotensi menjadi ganas.
2. Jalur Masuk Alatnya
Sesuai dengan area pemeriksaan, jalur masuk alat endoskop juga menjadi perbedaan gastroskopi dan kolonoskopi yang jelas.
Untuk gastroskopi, alat endoskop dimasukkan melalui mulut, melewati kerongkongan, hingga mencapai lambung dan duodenum.
Berbeda dengan itu, pada kolonoskopi, alat endoskop dimasukkan melalui anus, kemudian secara perlahan digerakkan untuk menelusuri seluruh usus besar.
3. Penyakit Terkait
Setiap prosedur dirancang untuk mendeteksi kondisi dan penyakit tertentu.
Gastroskopi umumnya dilakukan untuk mendiagnosis kondisi seperti GERD (penyakit refluks gastroesofageal), tukak lambung atau duodenum, peradangan (gastritis, esofagitis), pendarahan saluran cerna bagian atas, serta tumor atau kanker esofagus, lambung, dan duodenum.
Jika ditemukan kelainan, biopsi lambung atau area lain bisa langsung dilakukan.
Kolonoskopi, di sisi lain, sangat efektif untuk mendeteksi polip usus, divertikulosis, kolitis (peradangan usus besar), pendarahan saluran cerna bagian bawah, penyakit radang usus (seperti Crohn’s disease atau kolitis ulseratif), dan yang paling penting adalah skrining dan deteksi dini kanker kolorektal.
Selama prosedur, jika ditemukan polip, dokter bisa langsung mengangkatnya untuk mencegah perkembangan menjadi kanker.
4. Persiapannya
Persiapan kolonoskopi jauh lebih kompleks dibandingkan gastroskopi.
Untuk kolonoskopi, Anda akan diminta untuk menjalani diet rendah serat beberapa hari sebelumnya dan mengonsumsi obat pencahar kuat (seperti obat Fortrans) untuk membersihkan usus dari sisa-sisa makanan.
Tujuannya adalah agar usus benar-benar bersih sehingga dokter dapat melihat dengan jelas seluruh bagian usus.
Untuk gastroskopi, persiapannya lebih sederhana, yaitu berpuasa sekitar 6-8 jam sebelum prosedur.
Ini untuk memastikan lambung kosong dan mengurangi risiko aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) saat tindakan.
5. Sedasinya
Kedua prosedur endoskopi ini umumnya dilakukan dengan sedasi untuk kenyamanan pasien.
Baik gastroskopi maupun kolonoskopi biasanya menggunakan sedasi ringan hingga sedang, yang membuat Anda merasa rileks dan mengantuk selama prosedur.
Beberapa pasien bahkan tidak mengingat jalannya prosedur sama sekali.
Sedasi ini membantu mengurangi rasa tidak nyaman dan memastikan pasien tetap tenang.
6. Prosedur saat Tindakannya
Selama gastroskopi, dokter akan memasukkan alat endoskop melalui mulut.
Udara akan ditiupkan sedikit untuk membantu melebarkan saluran cerna sehingga dinding-dindingnya bisa terlihat jelas.
Dokter akan mencari kelainan dan, jika diperlukan, mengambil biopsi jaringan untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Pada kolonoskopi, alat endoskop akan dimasukkan melalui anus.
Dokter akan secara perlahan memajukan alat, memompa sedikit udara untuk mengembangkan usus, dan melihat kondisi dinding usus.
Jika ditemukan polip, dokter akan mengangkatnya. Proses ini juga memungkinkan pengambilan biopsi jaringan jika ada area yang mencurigakan.
7. Kapan Perlu Dilakukannya
Anda mungkin perlu menjalani gastroskopi jika mengalami gejala saluran cerna bagian atas seperti sakit maag kronis, kesulitan menelan, mual dan muntah yang tidak jelas penyebabnya, muntah darah, atau penurunan berat badan yang tidak disengaja.
Kolonoskopi direkomendasikan jika Anda memiliki riwayat keluarga kanker usus besar, atau mengalami perubahan kebiasaan buang air besar yang signifikan, pendarahan dari anus, nyeri perut kronis, atau anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan.
Selain itu, kolonoskopi juga sangat penting sebagai bagian dari skrining kanker kolorektal rutin bagi individu berusia 50 tahun ke atas, atau lebih awal jika ada faktor risiko tertentu.
Butuh Pemeriksaan Gastroskopi hingga Kolonoskopi? Bisa Langsung Hubungi Kami!
Health365 bekerjasama dengan dokter, rumah sakit, sampai medical center terbaik di Malaysia hingga Singapura yang bisa berikan prosedur gastroskopi hingga kolonoskopi dengan standar tinggi berteknologi canggih.
Dari mulai konsultasi, akomodasi, sampai booking appointment prosedurnya, Health365 bisa bantu Anda untuk dapatkan penanganan medis yang aman dan nyaman di sana.
Tertarik buat coba? Anda bisa lihat-lihat paket gastroskopi di sini atau paket kolonoskopi di sini, atau juga bisa langsung hubungi kami dengan klik tombol di bawah ini!
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dapat menggantikan saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional.
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Untuk membandingkan dan memilih paket pemeriksaan kesehatan dari penyedia layanan medis di Malaysia, Singapura, dan lainnya, kunjungi shop.health365.sg.