fbpx
Kanker - Umum Kesehatan Mental Kondisi Medis Penyakit Kanker

Apakah Stres Bisa Menyebabkan Kanker? Ini Jawabannya

apakah stress bisa menyebabkan kanker

Benarkah stres menjadi penyebab terjadinya kanker?

Stres tidak menyebabkan kanker dan tidak meningkatkan risiko kanker secara langsung. Sejalan dengan itu, belum ada bukti medis yang menyatakan bahwa seseorang yang mengalami stres lebih mungkin terserang penyakit kanker.

Namun, ada beberapa faktor terkait stres yang bisa berdampak kepada kualitas kesehatan seseorang dan kemungkinan bisa meningkatkan risiko kanker pada dirinya sendiri, yaitu:

  • Pertama, stres bisa mengubah kebiasaan hidup menjadi lebih buruk dan menjadikan seseorang lebih sulit mempertahankan gaya hidup yang sehat. Misalnya, orang yang stres mungkin lebih cenderung mengonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok, atau mengonsumsi minuman keras. Semua itu diketahui bisa meningkatkan risiko kanker.
  • Kedua, sistem imun yang lemah lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit, termasuk kanker. Terutama pada kasus stres jangka panjang atau kronis, efek yang ditimbulkan bisa melemahkan sistem imun yang berfungsi melawan serangan penyakit, termasuk kanker. 
  • Ketiga, stres jangka panjang juga bisa memengaruhi produksi hormon dan faktor pertumbuhan lainnya yang berisiko mempercepat pertumbuhan tumor.

Perlu diperhatikan bahwa walau stres tidak secara langsung menjadi penyebab kanker, namun kondisi stres tetap harus dikelola dengan tepat.

Mengelola stres dengan cara yang sehat sangat penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dan pada akhirnya membantu mengurangi berbagai faktor risiko kanker.

Jika kamu merasa sedang mengalami stres yang berkepanjangan, lebih baik konsultasikan dengan dokter untuk menemukan solusi terbaik untuk mengelolanya.

Apakah stres bisa menjadi penyebab kanker menjadi makin parah?

Sebuah penelitian dilakukan pada hewan dan sel-sel kanker manusia yang dikembangkan di dalam laboratorium.

Hasil temuan dari studi laboratorium dan model hewan tersebut menyatakan bahwa stres bisa menjadi penyebab perkembangan kanker menjadi lebih parah (stadium) dan penyebaran sel kanker menjadi lebih luas (metastasis).

Ada dua hal yang ditekankan sebagai faktor-faktor risiko utamanya, yaitu:

  • Hormon yang dilepaskan saat terserang stres, seperti norepinefrin, bisa merangsang pertumbuhan dan penyebaran kanker. Hormon ini juga bisa mengaktifkan sel imun tertentu (neutrofil) yang efeknya kadang malah membantu sel-sel tumor tumbuh.
  • Stres juga bisa membuat tubuh melepaskan hormon steroid tertentu (glukokortikoid) yang bisa membuat sel kanker lebih kuat melawan obat kemoterapi dan melindungi mereka dari sistem imun manusia.

Meski begitu, perlu diperhatikan lagi bahwa penelitian ini dilakukan terhadap hewan dan sel kanker di laboratorium. 

Belum ada bukti ilmiah secara keseluruhan pada manusia yang menyatakan secara pasti bahwa apakah stres bisa menyebabkan kondisi kanker menjadi lebih parah atau menyebar.

Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang berisiko terserang kanker adalah dengan menjalani skrining kanker secara rutin.

Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi stres bagi pengidap kanker?

Mendapatkan dukungan emosional dan sosial bisa menjadi kunci penting dalam membantu pasien kanker mengelola stres yang sering kali muncul seiring diagnosis dan perawatan.

Dalam banyak kasus, dukungan jenis ini tidak hanya meredakan stres, tapi juga efektif dalam menurunkan tingkat depresi, kecemasan, serta mengurangi gejala yang berhubungan dengan perawatan atau kondisi penyakit itu sendiri.

Aktivitas fisik moderat selama dan setelah perawatan kanker bisa mengurangi kecemasan dan gejala depresi, bahkan dapat mencegah depresi pada penyintas kanker anak-anak.

Contoh kegiatan yang bisa dilakukan sesederhana berjalan kaki selama 15-30 menit setiap hari atau bisa berupa bersepeda di sekitar rumah atau berenang.

Namun secara umum, terapi berbasis tatap muka langsung maupun secara digital, dinilai efektif dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan mental.

Pentingnya manajemen stres melalui dukungan sosial terbukti sangat bermanfaat dalam mendukung hasil klinis tes kanker yang lebih baik, terutama bagi pasien kanker payudara dan kanker ovarium.

Pada kasus tingkat stres yang signifikan, pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rujukan ke profesional kesehatan mental untuk mendapatkan terapi khusus.

Keputusan untuk menjalani perawatan untuk depresi, kecemasan, dan stres melalui psikoterapi atau obat-obatan, harus disesuaikan dengan kondisi setiap pasien melalui pengawasan dokter.

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.