fbpx
Kanker Lambung Kanker Lambung & Usus Kanker Secara Umum Kondisi Medis

Apa Saja Penyebab Kanker Lambung? Cegah dari Sekarang!

penyebab kanker lambung

Penyebab kanker lambung yang paling umum dimulai dengan adanya sesuatu yang melukai atau mengiritasi lapisan dalam dinding lambung. Luka ini kemudian terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau Helicobacter pylori melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut.

Infeksi H. pylori bisa menyebabkan seseorang mengalami pembengkakan, iritasi, dan bahkan nyeri pada lambung. Jika tidak ditangani dengan tepat, nyeri pada lambung bisa menjadi makin parah hingga berkepanjangan (kronis). 

Jika sudah demikian, penderita bisa mengalami penyakit gastritis atau tukak lambung yang mana akan memicu terjadinya kanker lambung.

Meski begitu, masih ada beberapa penyebab lainnya yang turut berperan meningkatkan risiko seseorang terserang kanker lambung.

Penyebab kanker lambung secara umum

Secara umum, masih ada beberapa kondisi yang dikaitkan dengan penyebab kanker lambung, antara lain:

  • Pria berusia di atas 50 tahun
  • Kebiasaan merokok sejak lama
  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Suka makanan yang diasap, diasin, atau diawetkan
  • Operasi lambung untuk menangani tukak
  • Penyakit asam lambung yang berkepanjangan atau kronis
  • Bekerja di industri pertambangan atau pabrik
  • Memiliki keluarga dengan riwayat kanker lambung

Mari kita bahas selengkapnya satu demi satu berikut ini.

Pria berusia di atas 50 tahun

Pria berusia di atas 50 tahun dianggap berisiko lebih tinggi terkena kanker lambung karena beberapa alasan berikut.

  • Seiring bertambahnya usia, tubuh menjadi kurang efisien dalam meregenerasi sel dan memperbaiki kerusakan, termasuk di lapisan lambung.
  • Memiliki faktor risiko yang lebih banyak yang sudah berlangsung lama, seperti diet yang tidak sehat, merokok, atau minuman keras, yang semuanya bisa mempengaruhi kesehatan lambung.
  • Lebih mungkin telah mengalami kondisi medis lain yang bisa meningkatkan risiko kanker lambung, seperti infeksi H. pylori atau gastritis kronis.
  • Pria lebih cenderung memiliki pola hidup yang kurang sehat dibandingkan wanita, seperti merokok dan mengonsumsi minuman keras.

Kebiasaan merokok sejak lama

Rokok mengandung berbagai zat kimia yang bersifat karsinogenik atau memicu pertumbuhan sel kanker. Zat karsinogenik masuk ke sistem pencernaan dan berisiko merusak lapisan lambung.

Zat-zat kimia lainnya di dalam rokok juga bisa merangsang produksi asam lambung yang dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada lapisan lambung. Kondisi ini bisa berubah menjadi gastritis kronis sebagai salah satu faktor risiko kanker lambung.

Merokok juga berpengaruh terhadap sistem imun, membuat tubuh lebih sulit untuk melawan infeksi, termasuk infeksi oleh bakteri H. pylori yang merupakan faktor risiko utama kanker lambung.

Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan

Zat alkohol bisa merangsang produksi asam lambung secara tidak wajar dan merusak lapisan mukosa lambung sehingga meningkatkan risiko terjadinya tukak dan kanker.

Beberapa karakteristik minuman beralkohol berikut bisa menyebabkan kanker lambung.

  • Minuman keras yang difermentasi atau didistilasi, bisa mengandung zat karsinogenik.
  • Menekan sistem kekebalan tubuh, membuatnya lebih sulit untuk melawan infeksi dan sel kanker.
  • Saat alkohol dimetabolisme bisa menghasilkan senyawa asetaldehida yang bersifat karsinogenik.

Kelebihan berat badan atau obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas bisa memicu resistensi insulin, yaitu kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara efektif. Hal ini bisa meningkatkan kadar insulin dalam darah, yang kemudian bisa merangsang pertumbuhan sel kanker.

Kelebihan lemak, terutama lemak visceral (lemak di sekitar organ internal), dikaitkan dengan peningkatan tingkat peradangan di dalam tubuh. Peradangan kronis ini bisa merusak sel-sel dan DNA, memicu mutasi, dan akhirnya meningkatkan risiko kanker.

Beberapa kondisi terkait dengan obesitas berikut ini turut berisiko menyebabkan kanker lambung.

  • Peningkatan produksi asam lambung yang bisa merusak lapisan lambung dan memicu gastritis atau tukak lambung.
  • Penderita obesitas cenderung jarang mengonsumsi makanan rendah serat dan nutrisi lain yang bisa membantu mencegah kanker.
  • Obesitas sering diidentikkan dengan gaya hidup tidak sehat, seperti kurang berolahraga atau konsumsi minuman keras dan makanan olahan berlebihan. Semua kebiasaan buruk itu bisa menjadi penyebab kanker lambung.

Suka makanan yang diasap, diasin, atau diawetkan

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang diasap, diasin, atau diawetkan bisa meningkatkan risiko kanker lambung karena beberapa alasan berikut.

  • Proses pengasapan atau pengawetan makanan sering kali menggunakan bahan kimia atau zat karsinogenik yang berisiko memicu mutasi DNA.
  • Sebagian besar makanan yang diawetkan mengandung nitrat dan nitrit sebagai bahan pengawet yang bisa menjadi nitrosamin (senyawa karsinogenik) di dalam tubuh.
  • Makanan yang diasin biasanya tinggi sodium.
  • Meningkatkan produksi asam lambung yang bisa merusak lapisan lambung dan membuka jalan untuk infeksi.
  • Tidak mengandung nutrisi seperti serat dan vitamin, yang bisa membantu melawan kanker.

Operasi lambung untuk menangani tukak

Operasi lambung untuk menangani tukak atau kondisi lain bisa meningkatkan risiko kanker lambung, terutama karena perubahan fisiologis dan iritasi kronis pada dinding lambung yang tersisa. 

Maksudnya, setelah sebagian dari lambung diangkat atau dimodifikasi melalui operasi, lapisan lambung yang masih ada atau “tersisa” bisa mengalami perubahan fisiologis atau peradangan. Peradangan ini bisa meningkatkan risiko kanker.

Operasi terkadang mengubah bagaimana lambung memproses makanan dan cairan sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan jangka panjang. Oleh karena itu, pasien yang telah menjalani operasi lambung biasanya perlu pemantauan ketat untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker.

Penyakit asam lambung yang berkepanjangan atau kronis

Mengidap penyakit asam lambung kronis bisa meningkatkan risiko kanker lambung sebagaimana kelebihan asam akan merusak sel-sel lambung dan memicu respons perbaikan. 

Yang dimaksud dengan respons perbaikan adalah mekanisme alami tubuh yang mencoba memperbaiki atau menggantikan sel-sel yang rusak. Dalam prosesnya, ada risiko bahwa sel-sel baru yang tumbuh berisiko mengalami mutasi atau perubahan tidak normal yang bisa berujung pada mutasi dan perkembangan sel kanker. 

Bekerja di industri pertambangan atau pabrik

Seorang pekerja lapangan di industri pertambangan atau pabrik harus selalu melindungi dirinya dari berbagai paparan materi berbahaya yang umumnya mengandung zat-zat karsinogenik, misalnya:

  • Asbes
  • Batu bara dan logam
  • Kayu dan karet
  • Paparan zat kimia

Memiliki keluarga dengan riwayat kanker lambung

Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker lambung berisiko lebih tinggi mengembangkan jenis kanker ini karena beberapa alasan berikut.

  • Genetika – Beberapa bentuk kanker lambung memiliki komponen genetik. Misalnya, sindrom Lynch yang berisiko meningkatkan risiko kanker kolorektal, kanker endometrium, dan juga kanker lambung.
  • Faktor lingkungan – Keluarga kerap berbagi gaya hidup atau kebiasaan yang bisa menjadi faktor risiko, termasuk pola makan, kebiasaan merokok, atau paparan terhadap bahan-bahan berisiko.
  • Infeksi bersama – Dalam beberapa kasus, infeksi seperti Helicobacter pylori, yang diketahui sebagai faktor risiko kanker lambung, bisa menyebar di antara anggota keluarga.

Kita telah mengulas berbagai faktor penyebab yang bisa meningkatkan risiko kanker lambung, mulai dari infeksi H. pylori hingga faktor gaya hidup dan genetika. Penting untuk memahami bahwa kanker lambung biasanya disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor risiko, bukan hanya satu penyebab saja. 

Bagi mereka yang berisiko tinggi, terutama yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker, pemeriksaan rutin dan tindakan pencegahan adalah kunci untuk bisa mendeteksi dini dan penanganan efektif. 

Kesadaran tentang faktor-faktor risiko ini dan bagaimana mengelolanya bisa membuat perbedaan besar dalam upaya pencegahan dan pengobatan kanker lambung.

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.