fbpx
Kondisi Medis Obat-Obatan dan Perawatan Baru Penyakit Kanker

Daftar Terapi Kanker dan Berbagai Keunggulannya

terapi kanker

Terapi kanker adalah serangkaian perawatan medis yang dirancang untuk mengobati dan mengendalikan penyakit kanker

Tujuan terapi kanker tidak hanya untuk menghambat perkembangan atau mematikan sel kanker saja, tetapi untuk memelihara kualitas hidup pasien juga dengan meminimalkan efek samping dan membantu dalam pemulihan dan rehabilitasi.

Terapi kanker mencakup semua jenis pengobatan yang ditujukan untuk melawan kanker, termasuk kemoterapi, radioterapi, pembedahan, imunoterapi, dan terapi target. 

Masing-masing metode terapi memiliki cara kerja yang khusus dan bisa digunakan secara mandiri atau dikombinasikan demi mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Jenis terapi kanker yang direkomendasikan dokter

Ada sepuluh terapi kanker yang umumnya direkomendasikan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien dan karakteristik sel kanker yang telah berkembang.

1. Operasi kanker

Operasi kanker adalah metode pengobatan yang langsung menargetkan sumber penyakit dengan cara mengangkat tumor atau jaringan kanker dari tubuh pasien. 

Berbeda dengan terapi lain yang menyerang sel kanker melalui perantaraan obat-obatan atau radiasi, operasi atau pembedahan dapat menghilangkan massa kanker secara langsung.

Metode ini dinilai sangat efektif dalam kasus ketika tumor terlokalisasi di satu area dan belum menyebar ke bagian tubuh lain. 

Pembedahan juga sering digunakan sebagai langkah awal dalam pengobatan banyak jenis kanker, terutama jika terdeteksi pada tahap awal, sehingga bisa memberikan kesempatan terbaik untuk pemulihan total atau peningkatan signifikan dalam pengendalian penyakit kanker.

Pada kasus lainnya, pembedahan mungkin diikuti atau didahului oleh terapi lain, seperti radioterapi, kemoterapi, atau bentuk pengobatan kanker lainnya untuk beberapa tujuan berikut.

  • Mengurangi ukuran tumor sebelum dibedah.
  • Menghancurkan sel-sel kanker yang tersisa setelah pembedahan.
  • Meningkatkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.

Dalam pembedahan kanker, keputusan harus diambil dengan hati-hati karena taruhannya sangat tinggi. Ini melibatkan pertimbangan yang cermat tentang jenis kanker, lokasi dan tahap penyakit, serta kondisi kesehatan pasien secara umum.

2. Kemoterapi

Terapi kanker dengan kemoterapi adalah pendekatan pengobatan yang menggunakan obat-obatan kuat untuk menghancurkan sel kanker atau menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel-sel tersebut. 

Berikut ini beberapa karakteristik kemoterapi sebagai terapi kanker.

  • Kemoterapi sering kali disebut sebagai terapi sistemik karena obat-obatan tersebut beredar di seluruh tubuh melalui aliran darah. Ini memungkinkan kemoterapi untuk menargetkan sel-sel kanker yang mungkin telah menyebar ke berbagai bagian tubuh lainnya.
  • Kemoterapi dapat digunakan sebagai satu-satunya bentuk pengobatan atau dikombinasikan dengan terapi lain, seperti radioterapi, pembedahan, dan imunoterapi, tergantung pada jenis, lokasi, dan stadium kanker. 
  • Metode ini efektif untuk berbagai jenis kanker, termasuk yang memengaruhi darah atau sistem limfatik, seperti leukemia dan limfoma, serta kanker padat seperti kanker payudara atau kanker paru-paru.

Salah satu aspek penting dalam penerapan kemoterapi adalah risiko efek samping. Efek penggunaan kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga dapat berdampak kepada sel-sel sehat yang tumbuh dengan cepat juga, seperti sel-sel di rambut, mulut, dan usus. 

Oleh karena itu, pasien mungkin mengalami berbagai efek samping tertentu, seperti rambut rontok, mual, dan kelelahan. Dokter biasanya bekerja erat dengan pasien untuk mengelola efek samping ini dan memastikan efektivitas pengobatan.

3. Radioterapi

Radioterapi adalah salah satu terapi kanker yang menggunakan radiasi berenergi tinggi untuk mematikan atau merusak sel kanker. Prinsip utama dari radioterapi adalah merusak DNA dalam sel kanker sehingga mencegahnya berkembang. 

Terdapat beberapa poin kunci mengenai radioterapi, antara lain:

  • Radioterapi biasanya dilakukan menggunakan sinar-X berenergi tinggi, tetapi bisa juga melibatkan penggunaan partikel bermuatan, seperti terapi sinar proton.
  • Radiasi dapat diberikan dari mesin di luar tubuh (radioterapi eksternal) atau dengan menempatkan bahan radioaktif di dalam atau dekat tumor (radioterapi internal – brakiterapi).
  • Radioterapi dapat digunakan sebagai satu-satunya pengobatan, atau dikombinasikan dengan terapi lain, seperti kemoterapi dan pembedahan. Dalam beberapa kasus, radioterapi digunakan sebelum pembedahan untuk mengecilkan tumor atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa sel kanker.
  • Teknik canggih dalam radioterapi memungkinkan pengiriman dosis tinggi radiasi ke tumor sambil meminimalkan paparan pada jaringan sehat di sekitarnya. Dosis radiasi dan skema pengobatan disesuaikan secara individu berdasarkan jenis dan lokasi kanker, ukuran dan bentuk tumor, serta kondisi kesehatan umum pasien.
  • Meskipun radioterapi bertujuan untuk meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat, efek samping masih mungkin terjadi. Setelah radioterapi, pasien bisa mengalami kelelahan, iritasi kulit di area yang dirawat, dan efek lain tergantung pada lokasi pengobatan.

4. Imunoterapi

Imunoterapi sebagai terapi kanker adalah pendekatan pengobatan yang memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan alami sistem kekebalan tubuh dalam melawan kanker. 

Berbeda dari kemoterapi yang langsung menyerang sel kanker atau radioterapi yang menggunakan radiasi untuk merusak DNA sel kanker, imunoterapi berfokus pada penguatan atau modifikasi respons imun tubuh terhadap sel kanker.

Imunoterapi dapat berwujud pemberian obat-obatan dan vaksinasi, rekayasa sel, rekayasa genetika virus, dan lain-lain.

Berikut adalah beberapa aspek penting dari imunoterapi.

  • Imunoterapi bekerja dengan mengaktifkan sel-sel imun yang ada, memblokir sinyal yang membantu sel kanker menghindari deteksi sistem kekebalan, atau memperkenalkan agen biologis yang membantu sistem kekebalan mengenali dan menyerang sel kanker.
  • Imunoterapi telah terbukti efektif terhadap berbagai jenis kanker, termasuk melanoma, beberapa jenis kanker paru-paru, kanker kandung kemih, dan jenis kanker lainnya. Efektivitasnya tergantung pada karakteristik individu kanker dan respons imun pasien.
  • Imunoterapi sering digunakan bersama dengan pengobatan kanker lain, seperti kemoterapi, radioterapi, atau terapi target untuk meningkatkan efektivitas keseluruhan pengobatan.
  • Meskipun lebih mampu ditoleransi daripada kemoterapi, imunoterapi dapat menyebabkan efek samping yang signifikan juga, misalnya, terjadinya reaksi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan normal.
  • Keputusan untuk menggunakan imunoterapi dan jenis imunoterapi apa yang digunakan akan didasarkan kepada karakteristik biologis kanker, termasuk keberadaan marker genetik tertentu.

5. Terapi target

Terapi target dalam konteks terapi kanker merujuk pada penggunaan obat-obatan atau zat lain yang dirancang untuk menargetkan spesifik molekul yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran sel-sel kanker. 

Dibandingkan dengan terapi kanker tradisional, seperti kemoterapi yang akan menyerang semua sel yang tumbuh cepat baik sel kanker maupun sel normal, terapi target lebih selektif dan berfokus pada target molekuler spesifik yang ditemukan terutama atau hanya pada sel kanker.

Berikut ini karakteristik terapi target dalam melawan kanker.

  • Terapi target bekerja dengan mengganggu proses molekuler spesifik yang terlibat dalam pertumbuhan dan penyebaran kanker. 
  • Hal ini bisa berefek menghambat enzim yang diperlukan untuk proliferasi sel kanker, menghalangi jalur sinyal yang mengatur pertumbuhan sel, atau memblokir reseptor pada permukaan sel kanker yang penting untuk kelangsungan hidupnya.
  • Terapi ini umumnya dikaitkan dengan penggunaan biomarker untuk mengidentifikasi pasien yang kemungkinan besar akan merespons terhadap pengobatan tertentu. 
  • Biomarker ini bisa berupa protein, gen, atau karakteristik biologis lainnya yang dapat diukur dan menunjukkan bagaimana pasien mungkin merespons terhadap terapi tertentu.
  • Karena terapi target dirancang untuk menyerang target molekuler spesifik, pengobatan menjadi lebih personal dan disesuaikan dengan karakteristik genetik dan molekuler kanker individu. Ini membantu dalam meningkatkan efektivitas pengobatan sambil mengurangi potensi efek samping pada jaringan normal.
  • Terapi target sering digunakan bersama dengan terapi kanker lain seperti kemoterapi, radioterapi, atau imunoterapi untuk meningkatkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.

Peranan terapi target dalam terapi atau pengobatan kanker berpusat pada teknik pengobatan yang lebih tepat sasaran dan lebih aman dibandingkan dengan metode pengobatan kanker konvensional sehingga memungkinkannya lebih efektif dan lebih aman bagi pasien.

6. Transplantasi sel punca

Transplantasi sel punca (transplantasi sumsum tulang) atau disebut juga dengan bone marrow transplant adalah prosedur medis yang melibatkan penggantian sel darah yang rusak atau hancur akibat dampak penyakit, radioterapi, atau kemoterapi dengan sel punca yang sehat. 

Sel punca adalah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel darah, seperti:

  • Sel darah merah yang membawa oksigen.
  • Sel darah putih yang melawan infeksi.
  • Trombosit yang membantu pembekuan darah.

Terdapat dua jenis utama transplantasi sel punca atau bone marrow transplant, yaitu:

  • Transplantasi sel punca autologous – Sel punca yang diambil dari tubuh pasien sendiri, biasanya sebelum mereka menerima pengobatan kemoterapi atau radioterapi yang berat. Sel-sel ini akan dibekukan dan disimpan, lalu dikembalikan ke pasien setelah pengobatan.
  • Transplantasi sel punca alogenik – Sel punca yang diambil dari donor yang cocok. Ini bisa jadi saudara kandung, anggota keluarga lain, atau donor yang tidak terkait. Kompatibilitas diukur dengan tes pencocokan HLA (Human Leukocyte Antigen).

Manfaat dari transplantasi sel punca dalam terapi kanker meliputi:

  • Mengganti sel darah yang rusak
    Pada pengobatan kanker, seperti kemoterapi atau radioterapi, sel darah berisiko rusak atau hancur bersama dengan sel kanker. Transplantasi sel punca menggantikan sel-sel ini sehingga memungkinkan produksi sel darah sehat baru.
  • Mengobati kanker darah
    Transplantasi ini sangat penting dalam pengobatan kanker darah, seperti leukemia, limfoma, dan mieloma, di mana sel darah atau sistem kekebalan tubuh itu sendiri terganggu oleh kanker.
  • Memungkinkan pengobatan dengan dosis tinggi
    Transplantasi sel punca memungkinkan dokter untuk menggunakan dosis kemoterapi atau radioterapi yang lebih tinggi untuk mengobati kanker karena sel punca yang ditransplantasikan akan membantu memulihkan sistem pembentukan darah pasien.
  • Sistem kekebalan baru
    Pada transplantasi alogenik, sel punca donor dapat membentuk sistem kekebalan baru yang dapat melawan sisa sel kanker, dikenal sebagai efek graft-versus-tumor.

Meski begitu, transplantasi sel punca juga memiliki risiko, misalnya penolakan graft, komplikasi dari kemoterapi atau radioterapi berdosis tinggi, dan penyakit graft-versus-host pada transplantasi alogenik, di mana sel-sel donor menyerang tubuh penerima. 

Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan transplantasi sel punca harus dibuat dengan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.

7. Radiologi intervensi 

Radiologi intervensi adalah cabang dari radiologi yang menggunakan teknik pencitraan melalui CT scan, MRI, atau ultrasound untuk memandu prosedur medis minimal invasif.

Dalam konteks terapi kanker, radiologi intervensi digunakan untuk mendiagnosis, menentukan stadium, dan mengobati kanker dengan metode yang kurang invasif dibandingkan operasi tradisional.

Berikut adalah beberapa cara radiologi intervensi berperan dalam terapi kanker:

  • Biopsi yang dipandu dengan bantuan teknik pencitraan adalah salah satu contoh umum dari penggunaan radiologi intervensi. Ini memungkinkan dokter untuk mengambil sampel jaringan dari tumor dengan presisi tinggi dan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan prosedur bedah.
  • Radiologi intervensi digunakan untuk mengobati tumor secara langsung, misalnya, dengan mengirimkan agen pengobatan seperti radioisotop (dalam kasus radioembolisasi) atau obat kemoterapi (dalam kasus kemoterapi intra-arteri) langsung ke tumor. Ini memastikan bahwa dosis tinggi obat pengobatan dapat dikirim langsung ke tumor sambil meminimalkan dampak pada jaringan sehat di sekitarnya.
  • Metode seperti ablasi radiofrekuensi, ablasi microwave, atau krioablasi menggunakan panas, gelombang radio, atau dingin untuk menghancurkan sel kanker. Prosedur ini biasanya dilakukan pada tumor yang lebih kecil dan dapat menjadi alternatif untuk operasi pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan.

Radiologi intervensi juga digunakan untuk mengelola gejala kanker, seperti dengan melakukan prosedur drainase untuk mengurangi pembengkakan yang disebabkan oleh penumpukan cairan yang diakibatkan oleh tumor.

Keuntungan utama dari radiologi intervensi adalah sifatnya yang minimal invasif. Ini biasanya melibatkan sayatan yang lebih kecil, risiko yang lebih rendah, pemulihan yang lebih cepat, dan waktu rawat inap yang lebih singkat dibandingkan dengan operasi tradisional.

Radiologi intervensi sering digunakan bersama dengan pengobatan lain seperti kemoterapi, radioterapi, atau imunoterapi untuk meningkatkan efektivitas keseluruhan pengobatan.

8. Terapi hormon

Dalam kaitannya sebagai terapi kanker, terapi hormon adalah jenis pengobatan yang bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker yang tumbuh atau berkembang akibat hormon tertentu.

Terapi hormon bekerja dengan mengintervensi produksi atau kinerja hormon tertentu yang efeknya memicu pertumbuhan sel kanker. Dalam beberapa kasus, ini dilakukan dengan menghambat produksi hormon estrogen atau testosteron.

Dalam kasus lain, terapi hormon mungkin melibatkan penggunaan obat yang menghalangi reseptor hormon pada sel kanker, sehingga mencegah hormon berikatan dengan reseptor tersebut dan memicu pertumbuhan sel kanker.

Terapi hormon dapat berbentuk pil atau suntikan. Beberapa contoh obat terapi hormon meliputi tamoxifen, aromatase inhibitor, dan agen anti-androgen.

Berikut ini beberapa jenis kanker yang dapat diobati dengan terapi hormon.

  • Kanker payudara – Khususnya kanker payudara dengan reseptor hormon-positif (ER-positif atau PR-positif), yang berarti pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh hormon estrogen atau progesteron.
  • Kanker prostat – Kanker ini sering dipengaruhi oleh hormon testosteron dan dapat diobati dengan terapi untuk mengurangi level hormon ini atau menghambat efeknya.

Penggunaan terapi hormon dalam jangka panjang menyimpan beberapa risiko, misalnya peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan memicu peningkatan risiko kanker sekunder.

  • Efek samping pada wanita
    Hot flashes, kelelahan, perubahan mood, penurunan libido, dan perubahan pada menstruasi. Penggunaan terapi hormon jangka panjang juga terkait dengan risiko osteoporosis dan perubahan pada jaringan vagina.
  • Efek samping pada pria
    Hot flashes, penurunan libido, disfungsi ereksi, kelelahan, dan peningkatan risiko osteoporosis.

9. Hipertermia

Hipertermia sebagai terapi kanker merujuk pada penggunaan panas untuk mengobati kanker. Dalam konteks ini, salah satu bentuk hipertermia adalah Radiofrequency Ablation atau RFA. 

Berikut ini beberapa detail penting terkait hipertermia sebagai salah satu terapi kanker yang efektif.

  • Metode hipertermia dengan Radiofrequency Ablation (RFA) adalah jenis hipertermia di mana gelombang radio frekuensi tinggi dikirimkan melalui jarum. Proses ini melibatkan penggunaan panas yang dihasilkan oleh gelombang radio untuk menghancurkan tumor kanker secara langsung.
  • RFA sering digunakan untuk mengobati tumor ganas pada organ hati, paru-paru, dan ginjal. Teknik ini berguna terutama dalam kasus di mana tumor terlokalisasi dan belum menyebar luas.
  • RFA umumnya dipandu menggunakan teknik pencitraan seperti ultrasound atau CT scan, yang membantu dalam menargetkan jarum ke lokasi yang tepat dan meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat di sekitar tumor.

Hipertermia, termasuk RFA, merupakan pilihan pengobatan kanker yang efektif, terutama untuk tumor yang tidak dapat diangkat melalui pembedahan atau diobati dengan cara lain.

Keuntungan utama dari terapi ini adalah sifatnya yang minimal invasif, yang berarti risiko dan waktu pemulihan yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi tradisional​​.

10. Terapi fotodinamik

Terapi fotodinamik atau Photodynamic Therapy (PDT) adalah salah satu terapi untuk mengobati kanker menggunakan obat-obatan khusus, yang disebut agen fotosensitisasi, bersama dengan cahaya untuk mematikan sel kanker

Berikut adalah beberapa aspek penting tentang terapi fotodinamik atau Photodynamic Therapy (PDT).

Cara kerja terapi fotodinamik:

  • Cara kerja PDT memanfaatkan kombinasi obat fotosensitisasi dan cahaya tertentu untuk mengaktifkannya. Setelah diaktifkan oleh cahaya, obat tersebut bereaksi dan membentuk jenis oksigen khusus yang mampu mematikan sel kanker.
  • Agen fotosensitisasi dapat dimasukkan ke dalam aliran darah melalui vena atau diterapkan langsung pada kulit, tergantung pada lokasi kanker yang diobati.
  • Setelah agen fotosensitisasi diberikan, obat tersebut akan menyerap ke dalam sel kanker selama periode waktu tertentu.
  • Selanjutnya, area yang diobati akan disinari dengan cahaya untuk mengaktifkan obat dan memulai proses pemusnahan sel kanker.

Penggunaan terapi fotodinamik:

  • PDT sering digunakan untuk mengobati kanker yang dapat dijangkau dengan cahaya, seperti kanker di lapisan luar kulit atau di permukaan organ internal yang dapat diakses dengan perangkat yang mengirimkan cahaya.

Keuntungan terapi fotodinamik:

  • Pengobatan ini kurang invasif dibandingkan dengan metode tradisional seperti operasi.
  • PDT memungkinkan pengobatan yang lebih terlokalisasi, dengan risiko efek samping yang lebih sedikit pada jaringan sehat di sekitarnya.

Bagaimana cara dokter menentukan terapi kanker yang tepat?

Dokter akan menentukan metode terapi kanker untuk setiap pasien berdasarkan beberapa faktor kritis yang saling terkait, antara lain:

  • Jenis dan subtipe kanker – Berdasarkan diagnosis yang pasti, termasuk jenis kanker (seperti kanker payudara, paru-paru, prostat, dll.) dan subtipe spesifiknya (seperti kanker payudara HER2-positif). Setiap jenis dan subtipe kanker dinilai bisa merespons lebih baik terhadap jenis terapi tertentu.
  • Stadium kanker Stadium kanker mencakup ukuran tumor, sejauh mana kanker telah menyebar dalam tubuh, dan apakah kanker telah metastasis (menyebar ke bagian tubuh lain). Terapi untuk kanker stadium awal mungkin berbeda dengan kanker stadium lanjut.
  • Karakteristik kanker – Dokter akan melakukan tes untuk mencari tahu mutasi genetik, ekspresi protein, dan biomarker lainnya. Ini dapat memandu pilihan terapi, terutama dalam kasus terapi target dan imunoterapi.
  • Kondisi kesehatan pasien – Usia, kondisi kesehatan umum, dan adanya kondisi kesehatan lain (seperti diabetes atau penyakit jantung) bisa memengaruhi kemampuan pasien untuk menoleransi berbagai jenis pengobatan.
  • Riwayat pengobatan sebelumnya – Pengobatan yang telah atau sedang diterima pasien, termasuk respons terhadap pengobatan tersebut, bisa memengaruhi keputusan terapi selanjutnya.
  • Preferensi pasien dan kualitas hidup – Keputusan terkait pengobatan juga mempertimbangkan preferensi pasien, kualitas hidup yang diharapkan, serta risiko dan manfaat dari berbagai pilihan pengobatan.
  • Aksesibilitas dan sumber daya – Faktor ketersediaan fasilitas terapi tertentu, aksesibilitas pasien ke pusat perawatan kesehatan, dan aspek keuangan juga memainkan peran dalam penentuan terapi.

Keputusan ini diambil melalui proses yang disebut multidisciplinary team decision, di mana para profesional medis dari berbagai spesialisasi (onkologi medis, radiologi, patologi, bedah onkologi, dan lainnya) berkumpul untuk membahas kasus pasien dan merumuskan rencana pengobatan yang komprehensif.Jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter jika kamu memiliki pertanyaan tentang kanker lainnya agar bisa mendapatkan jawaban yang lengkap.

Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional, dan tidak boleh diandalkan untuk saran medis tertentu.